Mohon tunggu...
Agung Soni
Agung Soni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bismillah...Alhamdulillah Wa syukurillah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Insting Dokter Muda Angkat Kopi Bali Jadi Bisnis Besar

25 Juni 2014   22:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:56 2627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam Rabu kemarin (24/06/2014) adalah malam yang sangat menyenangkan buat penulis. Penulis berhasil menemui dan berbincang dengan seorang anak muda Bali yang sangat maju dalam pola pikir dan jauh dari pemikiran anak muda sekarang.

[caption id="attachment_344773" align="aligncenter" width="342" caption="Sosok dr. Made Windu Segara Senet, S.Ked. (dok.pri)"][/caption]

Dokter Made Windu Segara Senet, S.Ked, sosok pemuda asli Bali yang sangat mencintai budaya leluhur, adat istiadat Bali dan kecintaannya kepada kopi menumbuhkan semangat berbisnis yang sangat jarang dimiliki pemuda sebayanya. Bayangkan saja, di usia 25 tahun sekarang banyak prestasi yang sudah ia cetak.

Aktifitas kesehariannya sebagai dokter muda yang bertugas di Rumah Sakit Umum Tabanan tidak menyurutkan langkah semangatnya mengelola bisnis warung kopi, tempatnongkrong anak muda Denpasardan sekitarnya.

“Mangsi Coffee” pun dirintis dalam bentuk home industri sejak tahun 2004 yang secara khusus memproduksi kopi bubuk dalam kemasan. Seperti kita ketahui, kopi adalah produk yang dikonsumsi masyarakat tanpa terpengaruh zaman dan trend.

“Anak muda zaman sekarang biasanya berkiblat kepada westernisasi. Termasuk ke Korea hingga muncul K Pop. Khususnya kopi, kita kadang tidak menyadari, mengapa kita orang Indonesia lebih menyukai produk kopi dari luar. Seperti Starbuck dan merk luar lainnya. Banyak orang tidak sadar, karena orang luar untuk menutupi kebutuhan kopinya, mereka mencari kopi-kopi asli Indonesia. Lalu mereka kirim ke Eropa, Amerika , diproses di tangan mereka. Dikirim lagi ke Indonesia dan kita minum olahan mereka dengan harga selangit. Bukankah ini sudah melukai perekonomian Indonesia sendiri ?”, kata dr. Windu kepada saya.

[caption id="attachment_344774" align="aligncenter" width="449" caption="Bersama dr. Windu di Mangsi Coffee (dok.pri)"]

14036851222027493785
14036851222027493785
[/caption]

“Untuk itulah saya sebagai orang Bali ingin mengajak banyak anak muda untuk mencintai produk dan hasil tanah Bali dengan olahan orang Bali sendiri, dan yang menjual juga orang Bali.”

“Peran saya sejak awaldalam usaha ini adalah sebagai designer produk yang juga kebetulan saya mampu di bidang seni rupa dan design sebagai seorang pelukis. Saya selalu mengontrol kualitas agar tetap terjaga dengan cara mencicipi setiap kopi fresh roasting/kopi yang baru matang disangrai,” ujar alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ini.

Tadi malam, beruntung saya berkesempatan menikmati kopi yang diolah bersatu padan bersama rempahan lokal Bali, seperti cengkeh, jahe, kayu manis, pandan, coklat, kapulaga, ketumbar menjadikan kopi beraroma khas yang kuat dan tentunya ini tidak dimiliki produk kopi pabrikan lainnya. Ini hanya ada di Mangsi Coffee yang bermarkas di Jalan Hayam Wuruk 195 Denpasar.

Mangsi kopi mengutamakan bahan asli kopi dari Kintamani berjenis Arabika. Olahan rempah yang bercampur dengan kopi menjadikan racikan kopi khas dr. Windu sangat berkhasiat. Ada racikan “ SPIRIT” dari kopi, jahe, cengkeh dan kayu manis. Racikan “Stamina” terdiri dari kopi, kapulaga, jahe, cengkeh dan kayu manis. Racikan “Vitality” terdiri dari kopi, ketumbar, cengkeh, kayu manis dan jahe. Inilah yang membuat banyak warga Bali khususnya Denpasar menyukai kopi Mangsi yang mengutamakan cita rasa khas Bali dan juga mengajak warga muda untuk bergaya hidup sehat melalui olahan herbal berpadu dengan kopi.

“Mangsi itu ada makna filosofi yang mendalam buat orang Bali. Mangsi adalah hasil hasil proses akumulasi pembakaran api dengan kekuatan Brahma (dewa api berdasarkan konsep Hindu). Dapur orang Bali biasanya berada di arah selatan karena itulah tempat Dewa Brahma bersemayam. Di utara ada Dewa Wisnu dan tengahnya ada Dewa Siwa sebagai balancing power. Dan mangsi inilah yang diambil oleh orang-orang Bali sejak zaman kuno untuk ditempelkan pada kening anak-anak agar terhindar dari energi negatif. Karena mangsi ini auranya energi positif. Maka dari itulah saya mengharap agar nama Mangsi ini membawa energi positif dan masa depan yang lebih baik buat saya dan juga buat usahanya menumbuhkan kecintaan warga Bali kepada kopi Bali.

Mengintip Dapur Mangsi Coffee”

Dr. Windu juga mengajak penulis untuk masuk ke dalam dapur “Mangsi Coffee”. Dapurnya bersih walau tidak begitu luas. Ada sebuah mesin kopi modern Espresso yang siap menyajikan kopi modern. Nama espresso diambildari kata “press” yang artinya menekan karena memang biji kopi yang sudah dijadikan bubuk dimasukkan kedalam sebuah bejana kecil, lalu ditekan-tekan permukaan bubuk kopi hingga rata dan dimasukkan ke dalam mesin espresso. Dan keluarlah air seduhan kopi yang beraroma harum , khas espresso modern.

[caption id="attachment_344771" align="aligncenter" width="500" caption="dr. Windu di dapur "]

1403684532161152930
1403684532161152930
[/caption]

Selanjutnya penulis juga diajak melihat cara kerja membuat seduhan kopi klasik. Ada beberapa cara metode yang dipakai untuk menghasilkan kopi kental di zaman dulu, yakni beberapa diantaranya masih ada yang menyukai cara tersebut dan mempertahankan cara tersebut karena dianggap kopi yang dihasilkan lebih kuat aroma dan kekentalan khas kopinya membuat mata betah melek.


  • Cara Tubruk , yaitu memasukkan bubuk kopi kedalam gelas dan diseduh dengan air panas langsung.
  • Cara Drip/Tetes, yaknimemasukkan bubuk kopi dan meneteskan saripati kopi yang diikuti cita rasa  coklat. Sajian ini memakan waktu hingga 8 menit.
  • Moka Pot, yaitu memasukkan bubuk kopi dan dipanaskan api dibawahnya, dan nanti akan muncul uap kopi ke atas tungku bersama tetesan sari pati kopi. Rasa kopi yang disajikan dengan moka pot sangat pahit.
  • Ibrik, yakni memanaskan bubuk kopi dan air bersamaan dalam ibrik hingga mendidih dan berbuih. Kopi disajikan bersama ampasnya. Tingkat asam dan kepahitan kopi sangat rendah dan aroma kopi menjadi lembut.
  • Presso, yakni menekan kopi, semakin keras menekan maka kopi yang dihasilkan semakin pahit dan asam.
    [caption id="attachment_344778" align="aligncenter" width="461" caption="Di Classic Brewing bersama dr. Windu (dok.pri)"]
    14036856761895558827
    14036856761895558827
    [/caption]

Semua dikembalikan lagi kepada konsumen , cita rasa apa yang diinginkan dan aroma bagaimana yang disukai.

KEMANA ORANG BALI ?

Di depan ruang utama kafe “Mangsi Coffee” ada sebuah papan menarik bertuliskan “Kopi Lokal, Usaha Lokal, Pemilik Lokal, Wajah Lokal, LOKAL BALI”. Ini adalah wujud pemikiran dari dr. Windu yang pernah mengadakan pameran tunggal lukisannya di hotel 4 season Nusa Dua Bali.

14036822532135270683
14036822532135270683

Kemana orang Bali ? Mengapa usaha yang ada di Bali biasanya lebih didominasi oleh para pendatang. Windu pernah menyusuri semua pertokoan Teuku Umar hingga ke sudut-sudut jalan kota Denpasar. Hasilnya hampir 75% dikuasai oleh orang yang datang dari luar Bali. Itu bukan sebuah hal yang jelek, hanya dr. Windu menyayangkan betapa ternyata kita ini sebagai orang Bali masih memiliki mental dan jiwa usaha yang lemah. Banyak orang tua yang mencari amannya saja buat anaknya. Lebih baik jadi pegawai atau profesional dan jarang ada orang tua yang mengarahkan anaknya untuk mau berwira usaha atau berdagang sendiri. Akibatnya nadi perekonomian Bali lebih didominasi oleh para pendatang.

Sempat juga orang tua dr. Windu mengatakan, “Untuk apa buka warung, bukannya lebih baik buka praktek dokter ?”. Namun tekad baja dan keinginan keras dr. Windu tak terbendung. Mulailah dr. Windu mempelajaribagaimana olahan kopi dibuat dengan otodidak. Dari memetik, pemilihan biji kopi, roasting, grinding, packaging, hingga ke strategi pemasaran, semuanya dimulai dari nol. Tanpa pengalaman bisnis. Yang ada hanyalah keinginan agar orang Bali mau menghargai kopinya sendiri, menghargai hasil petani Bali, membeli produk Bali dan menjaga ajeg Bali.”

Dengan niat keras itulah, 5 Juli 2013 akhirnya dr. Windu berhasil mewujudkan keinginannya membuka warung kopi. Desain interior warung dibuat dari koran bekas, juga ada hasil karya lukisan dan grafiti karya dr. Windu.

[caption id="attachment_344779" align="aligncenter" width="388" caption="Lukisan Karya dr. Windu yang dipajang (dok.pri)"]

14036860441144686695
14036860441144686695
[/caption]

Untuk harga , para penikmat kopi tidak perlu khawatir. Harga sajian kopi paling mahal hanya Rp.20 ribu. Ini bisa murah, karena dr. Windu memiliki pabrik kopi sendiri yang dikelola oleh ayah dan keluarga besar dr. Windu sendiri. Dan juga sebagai anak muda, biasanya lebih menginginkan adanya tempat nongkrong yang murah, enak dan sajian makanan nya banyak.Dengan dibantu kakak sepupu yang berpengalaman sebagai peracik minuman, dr. Windu bereksperimen dengan beberapa bahan berhasil menciptakan kopi sajian yang nikmat buat anak muda dengan Ice Coffee Cookies, Hazelnut, juga sensasi aroma dan kentalnya membuat banyak orang ingin kembali dan kembali lagi datang ke Mangsi Coffee.

[caption id="attachment_344780" align="aligncenter" width="460" caption="Mangsi Coffee Tampak dari Jalan (dok.pri)"]

14036863801536660948
14036863801536660948
[/caption]

Penulis sangat salut dan bangga kepada dr. Made Windu Segara Senet yang juga bukan hanya menjadi dokter, pengusaha muda bahkan seniman pelukis yang berhasil saja. Di warungnya, dr. Windu sering menjadi motivator dan konsultan kepada anak-anak muda Bali untuk mau kreatif, mencari celah peluang usaha dan menjadikan anak muda Bali mau berbisnis yang sehat dan maju.

Kata dr. Windu kepada saya, “ otak kiri dan kanan manusia harus bisa dimaksimalkan dalam semua jenis kehidupan. Saya dulu sebagai mahasiswa kedokteran sering mendapatkan bahwa kebanyakan teman-teman mahasiswa FK menganggap kalau kedokteran adalah gudangnya orang pintar. Padahal menurut saya, belum tentu demikian. Orang yang bisa memadukan rasa dan jiwa seni juga ilmu itulah sesungguhnya orang yang cerdas. Cepat maju. Coba saja kalau mas membeli sebuah baju, apakah yang dilihat dulu ? pasti model baju, warna baju. Dan itu semua adalah seni. Kita tidak bisa menafikan seni dan mengangkat ilmu lain lebih tinggi daripada seni. Semua harus dalam kedudukan sederajat dan sama. Ilmu dan seni berpadu dalam keselarasan hidup. Itulah keinginan saya,” jelas dr. Windu bersemangat.

Inilah profil pemuda kebanggaan Bali yang juga patut menjadi contoh orang Indonesia. Jangan kita kalah dan dibatasi oleh satu profesisaja. Karena kreatifitas dan daya potensi manusia harus bisa dimaksimalkan untuk memajukan bangsa.

Salam Kompasiana

Caoooo..!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun