Babad Wirasaba Darmasumarta menyatakan bahwa Toyamas - Banyumas sudah eksis jauh sebelum Wirasaba dibagi empat pada masa Adipati Warga Utama II
Babad ini cermin, bagaimana orang Jawa memandang kekuasaan sebagai perpaduan antara politik praktis, nilai-nilai budaya, dan legitimasi spiritual.
Dari Wirasaba ke Toyamas, negeri ini tidak hanya menjadi simbol perpindahan kekuasaan, tetapi juga pusat kemakmuran dan budaya.
Serangwati berada di posisi sulit — bukan penguasa, tetapi menjadi penghubung antara istana Pajang dan keluarga Wirasaba.
Ki Adipati Margautamasebagai pemimpin yang dicintai, bahkan oleh hewan tunggangannya
Sultan yang terpengaruh amarah dan “bisikan iblis” menunjukkan bahwa kekuasaan tanpa kendali eling, dan gegabah, akan dapat melahirkan sebuah tragedi.
Sikap Rara Sukartijah sebagai bentuk eling lan waspada—kesadaran bahwa pernikahan yang tidak dilandasi keselarasan batin akan membawa penderitaan.
Negeri itu pun mulai tertata: dibangunlah istana, gapura, dan pendapa agung, dengan alun-alun yang luas, yang kemudian dinamakan Negeri Toyamas.