Puisi Ini Tidak Seperti Puisi
Mendengar suara rintikan hujan sejuknya mengiringi malam
Bandara pernah menjadi tempat favorit, menyaksikan banyak orang yang datang dan pergi begitu saja.
Kamu menemani hari-hari ku, pantulan cerminpun ku tatap tajam, Bayangmu yang hadir disetiap pinjakan kaki ku
Untuk dia yang menanyakan begitu banyak tentang cinta!
Cinta terlukiskan dengan indahnya mawar tapi tak lupa ada duri yang menyertainya. Senja yang membawa dua insan saling merasakan diantara keduanya.
Hujan... Itu kamu, Sejukmu selimuti usai panas semusim
Hanya tulisan berupa larik larik biasa yang terlintas singkat
aku ingin menjadi sapardi, jasadnya telah mati namun sajaknya terus abadi
Selalu cinta menjadi misteri yang sulit diungkapkan dalam logika, ia berjalan dialam bawah sadar sehingga orang yang jatuh cinta menjadi buta
Pada siapa aku harus bersisi? Kepada ambisi diri? Atau pada lemahnya pola pikir?
Untuk diriku yang kadang suka sekali minta dipujiIngat ya kamu bukan barang dagang yang siap untuk dibeli
Sekedar coretan tintah keisengan yg tak beraturan
Tak Kenal Maka Tak Sayang, Makanya Kenali dulu
Aku adalah bait-bait rindu dikala hujan menjadi teman suka duka
Suatu hari di bulan Juli, hari pertamaku menginjakan kaki di bangku SMP.
Jatuh cinta itu bisa memberikan kebahagiaan dan juga kesedihan, jadi, jangan terlalu berharap lebih karena itu bisa menyakiti perasaan kita.
Puisi terkait pentingnya kesadaran kesehatan mental
Bandung memiliki kisahnya teruntuk dia yang menginjakan kaki
Hai, Kenapa diam saja?Jangan biarkan Aku sendiri,Memeluk dan menangis.