Di tengah tantangan zaman yang serba cepat dan digital, peran guru tidak hanya sebagai pengajar mata pelajaran, tetapi juga sebagai pendidik nilai-nilai. Khususnya di sekolah berbasis Islam, guru menjadi figur sentral dalam menanamkan nilai-nilai keislaman. Salah satu metode yang paling efektif adalah melalui keteladanan.Â
Keteladanan atau uswah hasanah adalah metode dakwah yang paling halus namun berdampak kuat. Rasulullah SAW sendiri disebut sebagai uswah hasanah dalam Al-Qur’an. Guru sebagai pewaris tugas kenabian, dituntut tidak hanya menyampaikan materi tentang akhlak, tetapi juga mempraktikkannya secara nyata di hadapan siswa.
Contohnya, guru yang terbiasa mengucapkan salam, datang tepat waktu, berpakaian sopan, dan menjaga tutur kata, secara tidak langsung sedang membentuk karakter siswa. Anak-anak lebih mudah meniru perilaku daripada menghafal teori.
Program-program tambahan seperti pembiasaan shalat dhuha, membaca Al-Qur'an, atau sedekah Jum'at juga akan lebih bermakna jika dilaksanakan bersama guru. Di sinilah integrasi antara pendidikan formal dan pembentukan karakter islami berjalan harmonis.
Namun, tantangan tetap ada. Tidak semua siswa datang dari latar belakang keluarga yang mendukung nilai-nilai keislaman. Maka, sekolah dan guru menjadi tempat utama mereka belajar agama secara aplikatif. Oleh karena itu, guru harus terus belajar dan menjaga keistiqamahan dalam bersikap.
Menjadi teladan adalah tugas berat, tetapi itulah kemuliaan profesi guru dalam Islam. Melalui keteladanan, nilai-nilai keislaman tidak hanya diajarkan, tetapi juga ditanamkan dalam jiwa siswa secara alami. Maka, mari sebagai guru kita terus memperbaiki diri, agar menjadi contoh baik bagi generasi mendatang.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI