Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

UMKM di Ujung Negeri

28 Desember 2021   08:10 Diperbarui: 28 Desember 2021   08:12 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Produk UMKM yang dipasarkan di POTRET Gallery Banda Aceh. Dok. Pribadi

Oleh Tabrani Yunis


Rencana untuk menulis sebuah artikel atau tulisan mengenai UMKM sempat tertunda, karena kesibukan saya sejak pagi hingga malam mengelola usaha kexil-kecilan di POTRET Gallery yang terletak di jalan Prof. Ali Hasyimi, Pango Raya, Banda Aceh itu Ya, beberapa hari ini lumayan sibuk mengurus barang-barang yang baru masuk. Ada dari Kasongan, Jogjakarta, Jepara dan Jakarta. Ya, saya banyak memesan barang kerajinan dari pelaku UMKM di pulau Jawa itu. Dengan memesan barang-barang atau produk UMKM serta memasarkannya, saya bisa ikut membantu UMKM di Indonesia tumbuh dan maju. Ini adalah satu di antara sekian banyak cara membantu agar UMKM kita bisa hidup. Alhamdulillah.

Membantu UMKM tumbuh dan berkembang, sesungguhnya sangat diperlukan. Ya, semua UMKM di negeri ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, pemerintah, perusahaan-perusahaan besar, serta masyarakat sebagai pengguna atau users. Apalagi nasib UMKM di tanah air saling berbeda. Misalnya, UMKM yang berada di pulau Jawa, bisa lebih besar peluang hidupnya, karena jangkauan distribusi dan pasarnya yang lebih luas. Sementara yang berada di luar Jawa, nasibnya tak seindah UMKM di pulau Jawa. Oleh sebab itu, partisipasi aktif segenap elemen bangsa Indonesia untuk membantu memberdayakan dan memperkuat ( empowering and strengthening) UMKM di tanah air, sangat dibutuhkan. Terutama UMKM -UMKM yang berada di luar pusaran ibu kota dan pulau Jawa. Mengaoa demikian? Tentu ada alasannya.

Nah, ada beberapa alasan mengapa semua elemen bangsa perlu membantu menghidupkan UMKM di tanah air, khususnya yang berada di luar pulau Jawa, seperti di Aceh atau wilayah lain do nusantara ini. Alasan-alasan itu di antaranya adalah sebagai berikut. Pertama, sebagaimana kita ketahui selama ini bahwa UMKM adalah usaha rakyat yang berskala kecil dan besar sekali jumlahnya di Indonesia.
Kedua,  UMKM diakui sebagai tonggak atau penyokong penting dalam pembangunan ekonomi kerakyatan di tanah air. Ke empat, secara kwantitas cukup besar dan dalam cakupan wilayah yang cukup luas. Ke lima, penampung tenaga kerja yang juga sangat besar di sektor informal. Ke enam, menjadi sumber mata pencaharian yang menyumbang devisa. Ke tujuh, menjadi wadah berkreasi dan berinovasi bagi masyarakat kita, Indonesia. Ke delapan, UMKM adalah sekolah bisnis informal yang sangat praktis dan strategis dalam membangun sumber daya manusia secara informal dan berkelanjutan.

Bayangkan saja, betapa besarnya kontribusi UMKM dari berbagai sektor terhadap pembangunan ekonomi negeri ini dari UMKM yang ada di Indonesia? Bila kita merujuk pada angka yang tercatat dalam stastik, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mencapai 64 juta. Angka tersebut mencapai 99,9 persen dari keseluruhan usaha yang beroperasi di Indonesia.(Liputan6 04/09/20). Cukup besar bukan?

Ya, bisa kita sebut cukup besar. Namun, bila kita telusuri lebih dekat, kebanyakan UMKM yang bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, umumnya banyak berada di pulau Jawa . Di pulau Jawa berkembang lebih baik karena faktor letak geografisnya yang berada di tengah yang memudahkan jalur distribusi barang. Misalnya, ketika hasil produksi di bidang kerajinan di Klaten, Jepara, atau malah di Semarang dan sekitarnya, bisa didistribusikan lewat pasar Jogjakarta atau kota-kota besar lainnya seperti Jakarta yang ditopang dengan ketersediaan moda transportasi yang cukup banyak. Jadi UMKM di Jawa bisa tumbuh dan berkembang dengan baik karena banyak faktor pendukungnya.

Sementara UMKM yang berada di luar pulau Jawa, misalnya di Aceh, tentu tumbuh kembangnya tidak seperti di Jawa. Selama ini UMKM yang berada di luar Jawa, seperti halnya di Aceh dihadapkan dengan berbagai masalah yang menjadi sebagai kendala, sehingga banyak yang nasibnya bagai kerakap tumbuh di batu. Ingin hidup penuh laba, tapi hidup sia-sia, mati juga akhirnya. Apa yang terjadi?

Bila ditanya apa yang terjadi, kita bisa mengidentifikasi berbagai masalah atau kendalanya. Pertama, letak geografis yang berada di luar Jawa seperti Aceh yang berada di ujung Sumatera. Posisi Aceh yang berada di posisi paling ujung Indonesia membuat produk-produk UMKM di bidang produksi, sulit disebarkan ke seluruh tanah air. Letak geografis yang seperti ini membuat biaya distribusi sangat mahal dan membutuhkan waktu yang lama. Akibatnya harga jual produk UMKM di Aceh bisa mahal. Kedua, biaya produksi barang juga mahal, karena UMKM di daerah ujung negeri bergantung dengan bahan baku yang ada di luar. Kalau Aceh, misalnya bergantung dengan Medan atau Jakarta. Selain mahalnya bahan baku untuk sektor produksi di Aceh, ongkos kerja atau upah juga tinggi. Hal ini, sekali lagi akan berpengaruh besar pada harga barang yang diproduksi. Ketiga, produk-produk UMKM, seperti kerajinan juga dilemahkan karena kurang kreatif dan inovatif, sehingga banyak produk UMKM yang stagnant dan monoton. Ke empat, dalam hal marketing atau pemasaran produk, menjadi sangat terbatas. Tidak heran kalau kita sebutkan membuat suatu produk berbasis bazar atau pameran. Faktor ke lima, terkait dukungan pemerintah daerah yang cukup rendah. Ke enam, perilaku pasar lokal dalam artian buyers atau konsumen, selama ini cendrung lebih tertarik dengan produk luar, ketimbang membeli produk lokal. Apalagi sekarang dalam hal berbelanja sudah mengikuti trend online. Jadi lengkaplah sudah. Maka, wajar kalau nasib UMKM di daerah ujung negeri banyak yang seperti kerakap tumbuh di batu.

Nah, dalam kondisi seperti ini, apa yang bisa dilakukan? Tentu saja banyak hal yang bisa dilakukan. Masalah-masalah di atas harus dianalisis dan dicari solusinya. Pasti ada jalan keluar, bila pemerintah daerah serius menbantu UMKM. Selain pemerintah, perusahaan-perusahaan bisa membantu dengan berbagai bentuk kontribusi yang akan saling menguntungkan. Misalnya, untuk sektor produktif sepertu kerajinan dan lain-lain, akan bisa tersebar luas bila biaya distribusi lebih murah. Di sinilah peran expedisi untuk pengiriman barang seperti halnya JNE dan lainnya diberikan insentif hingga lebih aktif membantu distribusi barang dari kawasan ujung negeri ke pusat pasar dan kawasan lain di tanah air. Tentu masih sangat banyak jalan yang bisa ditempuh. Yang penting komitmen dan usaha serius membangun UMKM harus konsisten dan kuat. Insya Allah semua bisa dilakukan asal mau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun