Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Ketika Asuransi Bisa Online

25 Desember 2021   07:20 Diperbarui: 25 Desember 2021   20:55 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi alat kesehatan, perlu asuransi. Dok. Pribadi

Oleh Tabrani Yunis

Pascatsunami Aceh yang meluluhlantakan sebagian wilayah Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 lalu, ada sejumlah asuransi yang aku ikuti. Padahal, saysebagai seorang abdi negara, seorang guru yang berstatus PNS pasti sudah mendapatkan asuransi kesehatan. Ya, aku sudah mengantongi kartu asuransi kesehatan yang kala itu dikenal dengan sebutan Askes. Kini, sudah berubah dan beralih menjadi BPJS.  Dengan mengantongi Askes tersebut, aku yang saat itu masih bujangan, jarang menggunakan fasilitas kesehatan yang sudah di tangan. 

Bukan karena sulit dan berbelit atau alasan apa pun, alhamdulilah selama itu, tubuh masih kuat dan sehat. Kalau pun ada demam sedikit, tanpa harus dirawat di rumah sakit, aku memilih ke praktik dokter umum atau dokter specialist dengan tidak menggunakan fasilitas Askes tersebut. Aku memang malas berlama-lama antri di puskemas atau menunggu untuk waktu tertentu. Pendek kata, sebelum bencana tsunami hingga kini, sudah ada jaminan kesehatan yang bukan saja untuk diri sendiri, tetapi juga untuk istri dan anak-anak.

Nah, pascatsunami Aceh, ketika aku kembali berusaha bangkit dari puing-puing kehancuran hempasan bencana tsunami yang membuat aku harus hidup sendiri lagi. Kala aku harus menerima kenyataan menyandang status duda tsunami, kala itu aku berusaha bangkit, dan Alhamdulilah, banyak rezeki yang diberikan Allah sebagai pengganti segala yang hilang disapu tsunami kala itu. 

Kala itu, aku kembali bekerja menjalankan aktivitasku di sebuah LSM lokal dengan menjalin kerja sama dengan pihak pemberi bantuan, aku wajib mendaftarkan diri ke asuransi. Artinya sebagai jaminan dalam melakukan kerja-kerja sosial di masyarakat, wajib ada asuransi, karena mereka menyediakan dana untuk asuransi selama menjalankan program.

Kala itu, asuransi tidak online. Masih banyak asuransi yang beroperasi di kotaku, Banda Aceh. Jadi, untuk berasuransi, cukup menelpon agen-agen asuransi yang ada di Banda Aceh. Mulai saat itu, fasilitas asuransiku bertambah satu per satu. Tentu saja karena kesadaran akan pentingnya asuransi agar bisa menikmati fasilitas kesehatan yang lebih baik bila sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Apalagi dengan status PNS yang golongan bawah, kelas yang didapat pasti kelas bawah. Tak mungkin bisa ke kelas yang berlabel VIP.

Jadi dengan berasuransi lebih dari satu, maka kemungkian bisa memanfaatkan keuntungan dari beberapa asuransi dengan melakukan klaim ke asuransi. Namun, perlindungan Allah, aku tetap sehat dan membuatku tidak memanfaatkan asuransi yang aku miliki. Ya, kalau memang sehat untuk apa diklaim. Aneh, bukan?

Bisa jadi, bagi sebagian orang merasa aneh, sementara sebagian lagi merasa hal itu biasa. Apalagi asuransi memang berkewajiban membayar klaim biaya berobat di rumah sakit. Hal itu menjadi wajar dan juga peluang baik bagi pengguna asuransi untuk bisa menikmati fasilitas kesehatan yang lebih baik di saat sakit dan memerlukan ruang dan pelayanan yang lebih memiliki privasi.

Namun, syukur Alhamdulilah, karena Allah memberikan kesehatan yang baik, aku tidak pernah klaim.Apalagi sebenarnya niat berasuransi memang bukan untuk melakukan klaim, tetapi berjaga-jaga bila suatu saat tiba-tiba sakit, uang asuransi itu bisa digunakan. Sehat adalah sebuah nikmat penuh rahmat yang nilainya lebih dari segalanya. Memang sayabng juga, karena usng yang dikeluarka untuk premi tidak pernah boleh putus, lalu ketika tidak pernah diklaim jadi hilang begitu saja.

Nah, dalam betasuransi aku memang lumayan aneh. Mengapa aneh ya? Ya aneh karena banyak berasuransi, tapi putus di tengah jalan. Pada tahun 2008, aku ditawarkan asuransi kesehatam dari sebuah perusahaan asuransi yang namanya cukup terkenal. Di Asuransi ini aku sudah membayar premi dua kali untuk 2 tahun dengan premi per tahun lebih kurang sebesar 8 juta. Mengapa hanya 2 tahun, lalu tidak lagi? Karena tidak ada uang untuk menutup premi setiap tahun? Apakah tidak rugi karena uang yang sudah disetor lumayan besar itu? Ya itulah anehnya. Mengapa tiba-tiba aku berhenti di tengah jalan. Jelaslah aku rugi. Namun, aku tidak bisa menjelaskannya. Lebij anehnya lagi, pihak asuransi pun tidak memberikan notifikasi bahwa aku belum membayar premi untuk satu tahun ke depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun