Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Berbasis Penalaran Tinggi

9 Desember 2021   21:30 Diperbarui: 9 Desember 2021   21:35 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diskusi pembelajaran : Foto Tabrani Yunis

Guru-guru yang tidak gagap teknologi atau gatek. Tentu, merancang model pembelajaran berbasis HOTS semakin lebih mudah. Idealnya semua guru atau semakin banyak guru yang bisa meramcang model-model pembelajaran berbasis HOTS tersebut dengan memanfaatkan kapasitas digitalisasi pembelajaran.

Sayangnya konsep pembelajaran berbasis HOTS banyak menghadapi kendala, terkait kapasitas para guru yang masih terbentur dengan menurunnya minat membaca para guru, pola pikir atau mindset mengajar apa yang ada di kepala atau apa yang ada di buku paket saja. 

Pertanyaan kita adalah bagaimana guru bisa kreatif, inovatif dan produktif, kalau malas membaca atau memiliki kapasitas literasi yang rendah? Bukankah sikap kreatif, innovatif dan produktif pada guru atau siswa tumbuh dan eksis apabila guru atau siswa banyak membaca? Bukankah semakin tinggi kemampuan literasi guru, akan berbanding lurus dengan kemampuan berkreasi?

Nah, apalagi bila guru diharapkan bisa membuat model pembelajaran berbasis penalaran tinggi? Pasti tantangannya menjadi sangat berat. Namun demikian, juga tidak perlu pesimis. Pemerintah harus juga lebih logis dan bernalar tinggi. 

Caranya, kurangi beban mengajar wajib 24 jam per minggu, berikan waktu guru untuk meningkatkan kapasitas diri lewat kegiatan-kegiatan literasi sekolah.

Para guru dan peserta didik wajib membaca, mengidentifikasi masalah, menganalisis dan mencari solusi, yang bersifat kritis. Kedua, lewat kegiatan peningakatam kapasitasi guru seperti penataran atau pelatihan, harus lebih inovatif, jangan sekadar kegiatan atas nama peningkatan kualitas guru, tetapi berbasis proyek peningkatan guru yang tidak diukur hasil yang dicapai. Tentu ada banyak langkah lain yang bisa dilakukan agar konsep pembelajaran berbasis penalaran bisa terwujud.

Akhirnya, selayaknya kita bertanya, setelah sekian tahun konsep pembelajaran berbasis penalaran tersebut, kini sudah sampai di mana? Sudahkan konsep itu terlaksana atau hanya menjadi wacana? Selayaknya kita bertanya, apabila sudah dilaksanakan, sampai dimana? Adakah road map pelaksanaan konsep tersebut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun