Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Berbasis Penalaran Tinggi

9 Desember 2021   21:30 Diperbarui: 9 Desember 2021   21:35 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diskusi pembelajaran : Foto Tabrani Yunis

Oleh Tabrani Yunis

Malam ini, ketika sedang duduk mengamati barang-barang yang baru masuk atau datang di POTRET Gallery yang berada di jalan Prof Ali Hasyimi, Pango Raya, Banda Aceh itu, tiba-tiba pikiran melayang jauh ke tahun 2019 yang kala itu, penulis sedang mengikuti acara di Hotel Ashley Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. 

Saat itu, bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional, 02 Mai 2019, penulis usai sarapan pagi membaca harian Kompas dan tertarik dengan Headline Kompas saat itu. Headline yang menarik untuk disimak.

Kreativitas Guru Menjadi Kunci. Itulah judul berita yang menjadi headline harian Kompas edisi Jumat, 3 Mai 2019 yang letaknya di bagian kanan atas, di samping foto halaman pertama dengan judul " Kayu Gelondongan Terbawa Banjir". Dua hal yang berbedam namun keduanya sangat menarik dan perlu untuk disimak. 

Bahkan sesungguhnya menjadi inspirasi untuk direspon, karena keduanya merupakan persoalan bangsa yang yang tengah dihadapi dan akan terus membawa dampak yang besar dan membahayakan bangsa ini, apabila tidak diantisipasi secara bijak. Dua hal yang berbeda tersebut akan tidak mungkin kita bicarakan sekaligus dalam tulisan ini. 

Oleh sebab itu, sebagai seorang praktisi pendidikan, penulis ingin melumati persoalan pendidikan dahulu. Sayangnya, ketika membaca headline itu, penulis tidak melanjutkannya atau mewujudkan menjadi sebuah tulisan. Tetapi dipendam dulu sebentar. akhirnya lupa dan lupa. Barulah malam ini, ingatan itu kembali dan bertekat menulis kembali agar tidak lupa lagi.

Ya, membaca judul " Kreativitas Guru Menjadi Kunci", sesungguhnya bukan hal yang baru dibicarakan dalam dunia pendidikan. Kreativitas guru memang menjadi salah satu kunci keberhasilan pendidikan menyiapkan generasi bangsa lewat lembaga pendidikan yang ditangani oleh guru-guru yang berkualitas prima. 

Guru memang dari dulu dituntut menjadi sosok yang kreatif  dan inovatif dalam proses pembelajaran apapun. Apalagi dalam penerapan kurikulum 2013 yang katanya berbasis penalaran tingkat tinggi (higher order thinking of skills/HOTS).

Penalaran tingkat tinggi atau Higher order thinking of skills atawa HOTS, terbaca begitu amazing. Namun, sayangnya semakin lama, semakin hilang kreativitas dan sikap inovasi guru di sekolah-sekolah,  yang disebabkan oleh banyak factor, baik internal, maupun eksternal. 

Bagaimana tidak, guru yang seharusnya berfikir lebih banyak pada pencarian metodologi pembelajaan yang menarik, bernalar tinggi, menjadi tumpul dam sangat tumpul karena dikejar oleh tugas-tugas mengajar yang bersifat administratif, mengejar jam pelajaran agar mencukupi syarat mendapatkan dana sertifikasi, pontang-panting mencari jam mengajar di sekolah lain yang mewajibkan 24 jam. Pusing. Kapan bisa membaca dan mempertajam sikap kreatif, inovatif dan produktif? Mereka sangat lelah.

Kita tentu sangat berharap para guru di sekolah, di semua jenjang pendidikan bisa merancang pembelajaran yang berbasis penalaran tinggi atau berbasis HOTS. Apalagi di era digital yang sesungguhnya membuat model-model pembelajaran berbasis HOTS tersebut menjadi lebih mudah, terutama bagi guru-guru yang sudah menguasai IT ( teknologi informasi).

Guru-guru yang tidak gagap teknologi atau gatek. Tentu, merancang model pembelajaran berbasis HOTS semakin lebih mudah. Idealnya semua guru atau semakin banyak guru yang bisa meramcang model-model pembelajaran berbasis HOTS tersebut dengan memanfaatkan kapasitas digitalisasi pembelajaran.

Sayangnya konsep pembelajaran berbasis HOTS banyak menghadapi kendala, terkait kapasitas para guru yang masih terbentur dengan menurunnya minat membaca para guru, pola pikir atau mindset mengajar apa yang ada di kepala atau apa yang ada di buku paket saja. 

Pertanyaan kita adalah bagaimana guru bisa kreatif, inovatif dan produktif, kalau malas membaca atau memiliki kapasitas literasi yang rendah? Bukankah sikap kreatif, innovatif dan produktif pada guru atau siswa tumbuh dan eksis apabila guru atau siswa banyak membaca? Bukankah semakin tinggi kemampuan literasi guru, akan berbanding lurus dengan kemampuan berkreasi?

Nah, apalagi bila guru diharapkan bisa membuat model pembelajaran berbasis penalaran tinggi? Pasti tantangannya menjadi sangat berat. Namun demikian, juga tidak perlu pesimis. Pemerintah harus juga lebih logis dan bernalar tinggi. 

Caranya, kurangi beban mengajar wajib 24 jam per minggu, berikan waktu guru untuk meningkatkan kapasitas diri lewat kegiatan-kegiatan literasi sekolah.

Para guru dan peserta didik wajib membaca, mengidentifikasi masalah, menganalisis dan mencari solusi, yang bersifat kritis. Kedua, lewat kegiatan peningakatam kapasitasi guru seperti penataran atau pelatihan, harus lebih inovatif, jangan sekadar kegiatan atas nama peningkatan kualitas guru, tetapi berbasis proyek peningkatan guru yang tidak diukur hasil yang dicapai. Tentu ada banyak langkah lain yang bisa dilakukan agar konsep pembelajaran berbasis penalaran bisa terwujud.

Akhirnya, selayaknya kita bertanya, setelah sekian tahun konsep pembelajaran berbasis penalaran tersebut, kini sudah sampai di mana? Sudahkan konsep itu terlaksana atau hanya menjadi wacana? Selayaknya kita bertanya, apabila sudah dilaksanakan, sampai dimana? Adakah road map pelaksanaan konsep tersebut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun