Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merawat Inisiasi Inovasi Anak

5 April 2020   16:10 Diperbarui: 5 April 2020   16:28 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. Pribadi Tabrani Yunis

img-0661-png-5e899a8f097f362e1b3643b2.png
img-0661-png-5e899a8f097f362e1b3643b2.png
Oleh Tabrani Yunis

Anak-anak kita sebenarnya masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Artinya, setiap anak memiliki potensi, namun potensi masing-masing anak juga tidak sama.  Ya, ada anak yang berpotensi menjadi entrepreneur, juga anak yang berpotensi menjadi peneliti atau juga penulis dan sebagainya. Beget juga dengan kecakapan dan kemampuan akademis. Ada anak yang sejak usia dini, masih di PAUD, sudah lancar membaca dan berhitung. Ada pula anak yang munglin suddar duduk di kelas tiga SD, tetapi belum bisa membaca dan berhitung dengan lancar. Namun, ia memiliki kemampuan lain, misanya kemampuan berbahasa, bisa berbahasa lain, selain bahasa ibu, bisa mendeskripsikan sesuatu dengan lancar, bahkan mengetahui hal-hal yang sebenarnya orang dewasa sendiri banyak yang tidak tahu.  Maka, ada sekolah yang menganut mahzab, bahwa semua anak adalah bintang. Apa maksudnya? Sudah pasti mahzab ini percaya bahwa setiap anak itu pintar dan cerdas. Setiap anak adalah juara, sesuai dengan potensi masing-masing.

Nah, sebagai orang tua, anda bahkan penulis sendiri sering kesal ketika membantu anak-anak belajar membaca atau menulis, maupun berhitung. Rasa kesal tersebut disebabkan anak yang diajarkan membaca, sangat lambat dan malah lain yang dibacakan, lain pula yang disebutkannya.  Setelah dialing berkali-kali, tetap saja melakukan kesalahan. Bukan tidak mungkin orang tua akan mengajarkan anak tersebut dengan suara-suara tinggi dan marah-marah. Pokoknya, orang tua pasti masing-masing punya pengalaman menarik ini. Ada baiknya, kita bisa saling berbagi (sharing) pengalaman dalam mendidik dan mengajar tau membimbing anak-anak belajar di rumah.

Penulis sendiri, yang saat ini memiliki dua anak perempuan yang masih usia SD, yakni Ananda Nayla dan Aqila Azalea Tabrani Yunis. Ananda Nayla yang ini berusia 11 tahun dan masih bersekolah di kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN). Sedangkan Aqila Azalea Tabrani Yunis yang berusia 8 tahun, ini mash duduk di kelas dua SD. Untuk kemampuan berbahasa, kedua anak ini mampu berbahasa Inggris dengan lancar, karena bahasa Inggris adalah bahasa sehari-hari di rumah ( walau tidak pernah tinggal di luar negeri). Artinya, keduanya memiliki potensi di bidang bahasa yang sama. Namun, dalam perkembangannya,  kedua anak ini memiliki kemampuan yang berbeda yang tampak diamati dari kemampuan membaca dan berhitung dan serta menulis. Namun, dalam hal kreativitas, merken memiliki passion yang sama, suka dengan hal yang analitik, serta suka trial and error, suka melakukan percobaan-percobaan yang sifatnya kreatif dan innovative.

Tadi pagi, sekitar pukul 09.00 WIB, usai penulis melakukan aktivitas berkebun di sekitar rumah ( aktivitas di masa stay at home only), tiba-tiba Aqila Azalea Tabrani Yunis meminta penulis untuk membuat video tentang percobaan ( presentasi) cara membuat bintang-bintang, esperti layaknya gugusan bintang di langit. Ayah ( Dad)!, panggilnya. I have an amazing idea. Please make my video. Pintanya. Nah, sebagai orang tua yang juga senang meligst dan mengamati anak berkreasi dan berinovasi, penulis mendatanginya dan bertanya, apa idenya.  Aqila pun mulai menjelaskan.

Aqila : Yap, look ! I have a flash and a plate with a lot of holes in my hands. I will make a lot of stars with these two equipments. 

Dad   : Really?

Aqila : Sure. Now, lets come in to the room. I will present it to you.

Dad  : Wow, it is amazing

Itulah percakapan singkat bersama Aqila pagi ini. Tampa menunggu lama-lama, menghargai inisiatif anak kecil melakukan experimen, penulis langsung mengambil HP dan berdiri di depan Aqila Azalea Tabrani Yunis untuk membuat video. Ia pun memperkenalkan diri dengan menyebut nama.

Hi guys! Welcome again to Aqila's presentation.  To day, I want to show you how  to make the stars like they are in the sky. Look, in my hands, there are flash and a plate with many holes. Now, please turn off the light. I switch on the flash and I put the plate on the fronts. The light of the flash will reflect to the wall. Now, lets see the stars on the wall. Its amazing, isn't it? What do you think Ayah?

Wow! It is really amazing.

Ya, begitulah presentasi Aqila Azalea Tabrani Yunis yang videonya beredar di facebook Tabrani Yunis Dua.

Apa yang menarik dari presentasi Aqila Azalea Tabrani Yunis pagi ini bagi penulis adalah apa yang dilakukan oleh Aqila tersebut merupakan sebuah proses kreatif seorang anak yang sebenarnya selama ini tidal menjadi ide cemerlang bagi orang lain. Kita sering menggunakan senter dan menyenternya ke dinding atau ke loteng, tetapi tidak menadi alat experimen. Bagi Aqila, ia merasa ini adalah ide brilian yang harus ia presentasikan di depan ayah dan kakaknya. Oleh sebab itu, penulis memang harus bijak salam merawat inisiasi inovasi seorang anak. Apalagi anak yang masih duduk di kelas dua SD seperti Aqila. 

Setiap orang, bukan handa anak-anak, pasti ingin dihargai tau diapresiasi atas sebuah sikap, perilaku, atau tindakan yang dilakukan. Konon lagi itu adalah tindakan yang positif, maka ia laak dihargai dan diberikan apresiasi, tidak perlu dalam bentuk hadiah, tetapi bisa dalam bentuk mau mengengar apa yang ia jelaskan atau presentasikan. paling kurang itu. Akan lebih dahsyat laga, kalas orang tua mau terus mengikuti apa yang diharapkan anak-anak atas karya tersebut. Misalnya, ketika ia meminta orang tua untuk merekam dalam bentuk video,  orang tua dengan senang hati melakukannya. Ketika anak bisa melakukannya dengan baik, orang tua bisa memberikan penghargaan dengan kata-kata yang memuji. Hal ini sangat diperlukan oleh anak yang dalam masa anak-anak tersebut, anak sangat suka dengan pujian. Orang tua, jangan pelit memberikan hadiah, berupa pujian tersebut. Pujian adalah penyemangat bagi anak untuk terus berkreasi dan berinovasi. Oleh sebab itu, penulis pun selama ini mengikuti keinginan anak-anak untuk membuat video yang kemudian diunggah ke Youtube : Popot dan Nyanyak, atau The Best Sisters Siblings. Silakan saksikan aksi Aqila dan kakaknya, Ananda Nayla.

Tentu mashie banyak lagi cara untuk merawat sikap dan inisiasi inovasi anak yang data kita lakukan. Untuk itu, alangkah bahagianya, apabila orang tua mau berbagi ilmi dan pengalaman dalan merawat potens tersebut pada anak. Ayo, ditunggu. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun