Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Quick Count, Not Too Quick-quick

18 April 2019   19:53 Diperbarui: 18 April 2019   20:32 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Celakanya,ada dua versi hasil quick count Pilpres yang ditayangkan oleh beberapa stasiun televise yang menimbulkan berbagai macam kecurigaan yang bermuara kepada kondisi yang tidak kondusif, karena kedua belah pihak bisa saja saling klaim sebagai pemenang, sementara KPU yang memiliki wewenang atau perhitungan tersebut belum mengeluarkan atau mengumumumkan secara resmi hasil perhitungan. Buktinya, sejak hari pertama banyak kegaduhan yang terjadi.

 Ada televise yang memperlihatkan hasil atas kemenangan Jokowi dan pasangannya, ada pula yang meperlihatkan hasil Prabowo sebagai peraih suara terbanyak, padahal prosentase suara yang terkumpul belum maksimal. Wajar saja, banyak orang yang menganggap QC yang dilakukan oleh sejumlah stasiun televisi tersebut tidak valid dan tidak bisa dipercaya. Apalagi, masyarakat tahu siapa pemilik media elektronik tersebut. Sehingga, sebelum kesimpulan hasil Pilres dilakukan, masyarakat sudah berkesimpulan bahwa statsiun TV yang ada tersebut tidak bisa dipercaya. Celaka bukan? 

Sayang sekali, tujuan dari QC yang harusnya membantu mempercepat proses perhitungan suara yang menjadi dambaan pihak yang sedang bersaing, baik pasangan calon Presiden, maupun timses serta masyarakat pendukung masing-masing paslon. Namun, sayang ketika QC yang juga seharusnya merupakan produk pengetahuan yang  ilmiah,berguna dan sangat membantu, menjadi alat survey yang tidak dipercaya serta tidak perlu diperdebatkan, akhirnya menjadi alat yang membuat kisruh, karena ada margin of error, hingga KPI meminta semua stasiun TV yang mengadadakan QC menghentikan  tayangan QC dan RC. 

Pertanyaan kita selanjutnya, apakah dengan menghentikan penayangan QC dan RC di televisi tersebut akan menyelesaikan masalah? Tampaknya tidak segampang itu bisa selesai. Bisa jadi, perdebatan semakin panjang. Hingga kisruh di tingkat para paslon pun akan berkembang. Begitu pula di level massa pendukung yang tidak mau menerima kenyataan. Selayaknya, semua pihak harus bersabar menunggu hasil perhitungan akhir dari pihak yang diberikan kepercayaan menyelenggarakan Pilpres dan pemilu. Bila semua mau bersabar, Pilpres dan pemilu yang berjalan damai ini, bisa lebih bermatabat. Ingat, Quick count bukan berarti terlalu cepat-cepat menghitung. Kalau hitungannya salah lagi?  Juga akan menimbulkan masalah dan kegaduhan bukan. Ingat, QC is not too quick-quick count.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun