Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mainan Anak-anak Generasi Z

14 April 2019   00:47 Diperbarui: 14 April 2019   00:59 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh Tabrani Yunis


Para orang tua yang lahir di era baby booming, atau sebut saja generasi X banyak yang memimpikan atau ingin mainan-mainan anak-anak yang tradisonal itu bisa dilestarikan. Ya, bisa dipertahankan dan dijaga agar tidak hilang. Karena, disadari atau tidak, sudah banyak sekali permainan tradisional yang dahulu sangat digandrungi oleh anak-anak pada masa itu, kini satu per satu hilang dari lingkungan hidup anak-anak. 

Kita sudah jarang melihat anak-anak sekarang bernain patok lele, mainan petak umpet, lompat tali, lari karung,mainan bakiak dan sebagainya. Kalau pun masih dimainkan oleh anak-anak sekarang, mainan itu hanya bisa kita tonton atau lihat pada acara peringatan 17 Agustus setiap tahunnya. 

Selebihnya kita hanya membaca cerita tentang mainan-mainan tersebut dalam tulisan orang-orang yang peduli dan berusaha menulis cerita tersebut agar tidak hilang sama sekali. Para penulis yang prihatin akan kehilangan mainan tradisonal tersebut dari pengetahuan generasi mendatang. Karena secara faktual, semua permainan tradisional itu satu per satu pupus dari dunia bermain anak-anak masa kini.

Mungkin itu pula lah yang menjadi landasan konsideran dari sejumlah kalangan yang merasa khawatir akan hilangnya budaya lokal, budaya bernain anak-anak masa lalu. Itu pulalah mungkin yang menjadi landasan pikir para sejarawan dan budayawan serta orang-orang yang punya cocern akan karya tradisional menuliskan tentang sejarah dan perkembangan permainan tersebut dalam buku-buku yang diwariskan ke generasi masa kini dan genrasi masa depan. 

Paling tidak semua tulisan dan dokumen tentang permainan tradional tersebut. Bahkan selama ini ada upaya-upaya kuat dari masyarakat dan pemerintah untuk mendaftar permainan-permainan tersebut ke pihak UNESCO untuk mendapat pengakuan   hak cipta. hak cipta ini sangat penting diupayakan, karena  selama ini banyak permainan tradisonal kita yang diklaim oleh negara tetangga kita sebagai budaya tradisonal mereka. Wajar diupayakan.  Karena hal itu   sangat penting  mendapat pengakuan hak cipta. Tanpa disadari, selama ini sudah banyak mainan tradisonal yang berasal dari Indonesia diklaim oleh negera tetangga, sebagai permainan tradisional mereka.

Kelihatannya, apa yang sudah diupayakan oleh para kaum tua untuk melestarikan permaianan tradisional tersebut di satu sisi, memang sangat penting untuk membuktikan kepada generasi milenial dan generasi Z, bahwa bangsa kita sejak dahulu sudah memiliki banyak permainan tradisonal sebagai sebuah bentuk atau wujud kekayaan budaya bangsa kita. Namun, di sisi lain, anak-anak masa kini, anak-anak generasi milenial dan generasi Z sudah tidak menggandrungi mainan-maianan tradisional. Anak-anak zaman sekarang tentu lebih menyukai jenis mainan masa kini, yang lebih modern dan semua sudah tersedi di toko-toko mainan. 

Tidak harus membuat lagi alat-alat mainan sendiri, seperti di era anak-anak dahulu. Mungkin itulah konsekwensi dari apa yang disebut, setiap zaman ada generasinya. jadi tidak bisa kita paksakan anak-anak sekarang untuk terus bergelut dengan mainan-mainan tradional, ketika dunia bermain anak sudah berubah mengikuti kemajuan zaman. 

Apalagi di era kemajuan dan kemashuran teknologi digital saat ini, anak-anak kita sudah tidak bisa dilepaskan dari permaianan - permainan modern. Industri mainan anak-anak, terus berkembang secara pesat.  Sebaran informasi mainan-maian tersebut pun sangat luas, Anak-anak generasi milenial dan generasi Z yang melek teknologi digital  selama ini dengan mudah mengakses permaian-permaian di gadgets, baik secara gratis maupun berbayar. Pokoknya, sudah sangat mudah, terutama mainan-mainan yang disajikan di intermet dan dalam banyak aplikasi games di gadgets atau juga pada komputer dan tablet.

Selain itu, mainan-maina modern, seperti yang kita lihat di video di atas, LOL, Squishy, slime dan banyak lagi  mainan lain, sudah beredar luasa dan sangat dinikmati oleh anak-anak masa kini, hingga mereka sudah tidak tertarik dengan mainan-mainan tardisional. 

Mereka bukan hanya sangat tertari dengan mainan-mainan modern tersebut. Lihat saja apa yang sedang dilakukan oleh Ananda Nayla dan Aqila di dalam video di atas. Keduanya dengan mahir menjelaskan mainan-mainan modern yang dengan mudah bila kita dapatkan di toko-toko mainan di kota hingga ke desa. Hebatnya, mereka malah lebih cepat mengenal mainan-mainan yang sedang booming dan disukai orang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun