Aminnnn...Ya..Rabbal
Â
Tidak ubahnya, bak kata pepatah lama yang sudah jarang diketahui oleh genarasi atau anak-anak milenial dan generasi Z, " gajah mati, meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama". Ya, nama baik atau nama buruk. Kedua bisa dikenang, karena keburukannya, juga akan sangat dikenang karena nama baiknya.
Kepergian Sayuthi Aulia ke haribaan Sang Pemcipta, Allah SWT adalah kepergian yang meninggalkan nama baik dan manfaat bagi banyak orang, khususnya guru. Â Paling tidak, selama 13 tahun ia telah membela nasib guru di Aceh secara intens.Â
Ya, sejak tahun 2005, pasca bencana tsunami Aceh. Penulis ingat sekali, ketika di tahun 2005 kala ia menggagas lahirnya Kobar GB yang dimaksudkannya untuk memperjuangkan dan membela guru-guru yang sejak lama teraniaya dengan berbagai tindakan pembuat kebijakan yang merugikan guru.Â
Maka, Â pada tanggal 25 September 2005, di Anjong Monta Banda Aceh, Kobar GB mengadakan dialog interaktif antara guru dengan Plt.Gubernur Aceh, Azwar Abubakar pada saat itu. Konon jumlah guru yang hadir secara sukarela dari berbagai daerah di Aceh itu mencapai seribu guru. Sayuthi, sukses mengadakan acara yang dihadiri oleh hampir seribu guru, karena para guru kala itu bisa menyampaikan aspirasi kepada Pemerintah daerah secara langsung itu.Â
Bahkan seorang guru yang tidak ingin disebut namanya, pada saat itu berkata, "ini adalah momentum yang sangat baik dan berguna bagi guru untuk menyampaikan aspirasi, walau biasanya aspirasi itu hanya sekadar ditampung oleh para pejabat yang berwenang, tanpa ada follow up ".Â
Tetapi bagi guru-guru yang hadir pada hari itu berkata, ini sebuah kesempatan emas, yang tidak pernah ada  dilakukan sebelumnya. Kobar GB yang baru seumur jagung saat itu, benar-benar sukses menyenangkan dan memuaskan hati para guru.
Itulah momentum awal kegiatan Koalisi Barisan Guru Bersatu (KOBAR-GB) yang didirikan oleh para guru yang berfikir merdeka ( tidak terkooptasi ), independent dan orang-orang yang merasa kecewa terhadap perilaku buruk oknum pembuat kebijakan terhadap guru selama bertahun-tahun itu. Sehingga, kehadiran Kobar GB yang diketuai Sayuthi Aulia, kemudian terus dirasakan manfaatnya bagi guru.Â
Dikatakan demikian, sangat banyak guru yang menderita, menjadi sangat bahagia, ketika Kobar GB yang dinahkodai oleh Almarhum Sayuthi Aulia tersebut berhasil membongkar segala bentuk ketidakadilan yang dirasakan oleh para guru di Aceh.
Tentu tdak berlebihan dan selayaknya kita mengakui bahwa almarhum memang tampil sangat berani, bahkan ia tidak takut melawan kezaliman. Ia tidak tajut mati, walau harus ditembak mati. Wajar saja, kalau banyak media cetak, media online terus memberitakan segala gerak langkah organisasi ini yang dianggap lantang bersuara membela guru.Â