Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sayuthi Aulia, Pejuang Nasib Guru Aceh yang Gigih Itu Telah Pergi

7 September 2018   00:46 Diperbarui: 7 September 2018   00:54 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Tabrani Yunis

Hari ini, banyak guru di Aceh yang merasa sedih, ikut berduka dan menyampaikan ungkapan belasungkawa lewat media social, seperti facebook, twitter, Instagram dan bahkan lewat pesan di grup  whatsapp atas meninggalnya, Sayuthi Aulia, di Rumah Sakit Umum Zainul Abidin (RSUZA) Banda Aceh pada pukul 11.00 WIB. 

Kepergian Sayuthi Aulia untuk selamanya ini, membuat banyak guru yang merasa kehilangan, terutama para guru yang selama ini banyak dizalimi oleh kebijakan dan tindakan yang merugikan guru. Doa para guru Aceh hari ini mengalir dan memenuhi dinding facebook dan media sosial lainnya. Mereka mendoakan agar sang pejuang nasib guru ini ditempatkan di tempat yang layak, syurga jannatul naim. 


Abi Rausan
is with Sayuti Aulia.

12 hrs * 

INNALILLAH WAINNA ILAIHI RAJI'UN.
Baru saja pada pukul 10.30 WIB di RSUZA Banda Aceh, pejuang guru itu telah meninggal dunia. Selamat jalan Kanda Sayuti Aulia (Ketua KOBAR GB Aceh), semoga engkau tenang di alam sana dan apa yang telah engkau perjuangkan selama ini, semoga menjadi amal ibadah yang engkau bawa ke alam kubur dan ke yaumil akhirat kelak. Amin ya Rabb.

Khaidir Rasyid

9 hrs * 

Selamat jalan sahabat kami, semoga jasa perjuanganmu menjadi amal tambahan untuk mendapatkan tempat yang layak di sisiNya,,aminnn..Ya..Rabb

Peujuang itu telah pergi selamanya..
Ya..Allah titipkan jiwa seperti sahabat kami ini
Di negeri kami yang penuh misteri ini
Kami butuh dan rindu jiwa yang selalu..
Membela dan memperhatikan kami.
Karena kami lemah dan penakut...

Tempatkan Ya..Allah sahabat kami Sayuti Aulia di sisi yang Layak bagiMu

Aminnnn...Ya..Rabbal

 

dok.Baihaki
dok.Baihaki
Itulah dua dari sekian banyak ungkapan perasaan dan doa dari para guru terhadap kepergian Sayuthi Aulia yang berlatar belakang guru ini. Banyaknya ucapan belasungkawa dan kiriman doa buatnya, merupakan sebuah indicator betapa masa hidup beliau, membawa manfaat dan kebaikan bagi para guru di Aceh. 

Tidak ubahnya, bak kata pepatah lama yang sudah jarang diketahui oleh genarasi atau anak-anak milenial dan generasi Z, " gajah mati, meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama". Ya, nama baik atau nama buruk. Kedua bisa dikenang, karena keburukannya, juga akan sangat dikenang karena nama baiknya.

Kepergian Sayuthi Aulia ke haribaan Sang Pemcipta, Allah SWT adalah kepergian yang meninggalkan nama baik dan manfaat bagi banyak orang, khususnya guru.  Paling tidak, selama 13 tahun ia telah membela nasib guru di Aceh secara intens. 

Ya, sejak tahun 2005, pasca bencana tsunami Aceh. Penulis ingat sekali, ketika di tahun 2005 kala ia menggagas lahirnya Kobar GB yang dimaksudkannya untuk memperjuangkan dan membela guru-guru yang sejak lama teraniaya dengan berbagai tindakan pembuat kebijakan yang merugikan guru. 

Maka,  pada tanggal 25 September 2005, di Anjong Monta Banda Aceh, Kobar GB mengadakan dialog interaktif antara guru dengan Plt.Gubernur Aceh, Azwar Abubakar pada saat itu. Konon jumlah guru yang hadir secara sukarela dari berbagai daerah di Aceh itu mencapai seribu guru. Sayuthi, sukses mengadakan acara yang dihadiri oleh hampir seribu guru, karena para guru kala itu bisa menyampaikan aspirasi kepada Pemerintah daerah secara langsung itu. 

Bahkan seorang guru yang tidak ingin disebut namanya, pada saat itu berkata, "ini adalah momentum yang sangat baik dan berguna bagi guru untuk menyampaikan aspirasi, walau biasanya aspirasi itu hanya sekadar ditampung oleh para pejabat yang berwenang, tanpa ada follow up ". 

Tetapi bagi guru-guru yang hadir pada hari itu berkata, ini sebuah kesempatan emas, yang tidak pernah ada  dilakukan sebelumnya. Kobar GB yang baru seumur jagung saat itu, benar-benar sukses menyenangkan dan memuaskan hati para guru.

Itulah momentum awal kegiatan Koalisi Barisan Guru Bersatu (KOBAR-GB) yang didirikan oleh para guru yang berfikir merdeka ( tidak terkooptasi ), independent dan orang-orang yang merasa kecewa terhadap perilaku buruk oknum pembuat kebijakan terhadap guru selama bertahun-tahun itu. Sehingga, kehadiran Kobar GB yang diketuai Sayuthi Aulia, kemudian terus dirasakan manfaatnya bagi guru. 

Dikatakan demikian, sangat banyak guru yang menderita, menjadi sangat bahagia, ketika Kobar GB yang dinahkodai oleh Almarhum Sayuthi Aulia tersebut berhasil membongkar segala bentuk ketidakadilan yang dirasakan oleh para guru di Aceh.

Tentu tdak berlebihan dan selayaknya kita mengakui bahwa almarhum memang tampil sangat berani, bahkan ia tidak takut melawan kezaliman. Ia tidak tajut mati, walau harus ditembak mati. Wajar saja, kalau banyak media cetak, media online terus memberitakan segala gerak langkah organisasi ini yang dianggap lantang bersuara membela guru. 

Nah, apa yang ia perjuangkan sejak itu, menjadi berita-berita yang sangat dinantikan oleh para guru dan bahkan pejabat-pejabat Dinas Pendidikan di tanah rencong. Kita bisa baca kiprahnya di laman Google yang kini menjadi catatan kebaikannya, menjadi catatan amalnya, yang menjadi bukti kenangan bagi para guru yang hari ini mulai kehilangan. Kehilangan suara-suara lantang yang berjuang untuk guru. Kita boleh bersedih, namun harus bisa melahirkan generasi yang bisa menggantikan peran beliau ke depan.

Selayaknya hari ini, kita ucapkan Innalilahi wa inna ilaihi rajiun. Selamat jalan pejuang nasib guru Aceh. Doa kami mengantarmu ke tempat peristirahatan terakhir di tanah kelahirannya Matang Geulumpang Dua, Bireun.  

Semoga segala darma bakti almarhum terhadap para guru yang terzalimi, menjadi ladang amal yang terus mengalir. Kepada keluarga yang ditinggalkan kita doakan pula diberikan kesabaran dan kebesaran hati, serta selalu dalam lindungan Allah. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun