Indonesia mulai marak dengan aksi kekerasan sekitar tahun 2000-an. Saat itu, sebuah bom meledak dengan dahsyat di Bali dan sekitar 200 orang tewas dan ratusan luka-luka. Saat itu mereka mereka menyasar turis asing yang sering bertandang ke tempat dan bar tertentu di Bali. Pengeboman itu didasarkan oleh prespektif agama yang sempit.
Beberapa tahun kemudian Bali kembali dibom oleh para teroris yang berpendapat bahwa para kafir (turis asing) masih dianggap musuh dan harus dibasmi. Bom juga terjadi beberapa kota di Indonesia seperti Solo,Medan, Jakarta, beberapa kota di Jawa Timur, Makassar dan beberapa tempat lain
Beberapa teroris sudah dihukum. Pelaku bom Bali mayoritas dihukum mati karena ulah mereka yang sangat keji.
Ada yang dihukum seumur hidup karena dianggap sudah menyesali perbuatannya dan ingin memperbaiki pandangan sempitnya soal agama.
Ada yang dihukum selama beberapa tahun saja dan mengakhirnya dengan asimilasi dengan masyarakat; mereka hidup ditengah masyarakat diterima oleh keluarga dan lingkungannya dan berusaha mencari nafkah dengan baik.
Ada beberapa eks narapidana terorisme (napiter) yang kembali ke masyarakat dengan cara yang baik. Mereka mencari ketrampilan semisal memasak atau beternak, dan mendirikan warung atau catering sampai memasok ayam ke beberapa pasar sekitar.
Mereka bertekad hidup dengan baik dan mengubah bentuk jihad mereka menjadi jihad bagi keluarga mereka dengan cara yang baik dan halal.
Contohnya adalah restoran Dapoer Bistik Solo yang didirikan oleh mantan  napi terorisme yaitu Yusuf Adirima alias Machmudi Haryono bersama empat orang rekannya yang juga mantan napi terorisme. Konon restoran itu adalah resto steak terenak dan relative murah di Solo.
 Yusuf ditangkap karena menyimpan amunisi dan bom rakitan yang sangat tinggi daya ledaknya. Yusuf dikenal sebagai anggota Jamaah Islamiyah (JI) dan sempat menjalani  pelatihan militer di Kamp Hudaibiyah Filipina Selatan.
Yusuf dalam beberapa wawancaranya di media menyebut bahwa kini dia focus menjalankan restorannya dan berjuang demi keluarga dengan jalan yang halal.Dia juga menjalankan agama dengan baik.
Kini tak ada ketakutan lagi untuk lari dan bersembunyi atas apa yang sudah dilakukan. Secara batin dia juga merasa tenang dan damai bisa terlepas dari radikalisme yang pernah dia jalani. Â