Mohon tunggu...
Tabita Larasati
Tabita Larasati Mohon Tunggu... Desainer - disainer

suka jalan-jalan dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyemai Zona Damai oleh Eks Napiter

1 September 2020   20:56 Diperbarui: 1 September 2020   21:01 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yayasan Prasasti Perdamaian

Indonesia mulai marak dengan aksi kekerasan sekitar tahun 2000-an. Saat itu, sebuah bom meledak dengan dahsyat di Bali dan sekitar 200 orang tewas dan ratusan luka-luka. Saat itu mereka mereka menyasar turis asing yang sering bertandang ke tempat dan bar tertentu di Bali. Pengeboman itu didasarkan oleh prespektif agama yang sempit.

Beberapa tahun kemudian Bali kembali dibom oleh para teroris yang berpendapat bahwa para kafir (turis asing) masih dianggap musuh dan harus dibasmi. Bom juga terjadi beberapa kota di Indonesia seperti Solo,Medan, Jakarta, beberapa kota di Jawa Timur, Makassar dan beberapa tempat lain

Beberapa teroris sudah dihukum. Pelaku bom Bali mayoritas dihukum mati karena ulah mereka yang sangat keji.

Ada yang dihukum seumur hidup karena dianggap sudah menyesali perbuatannya dan ingin memperbaiki pandangan sempitnya soal agama.

Ada yang dihukum selama beberapa tahun saja dan mengakhirnya dengan asimilasi dengan masyarakat; mereka hidup ditengah masyarakat diterima oleh keluarga dan lingkungannya dan berusaha mencari nafkah dengan baik.

Ada beberapa eks narapidana terorisme (napiter) yang kembali ke masyarakat dengan cara yang baik. Mereka mencari ketrampilan semisal memasak atau beternak, dan mendirikan warung atau catering sampai memasok ayam ke beberapa pasar sekitar.

Mereka bertekad hidup dengan baik dan mengubah bentuk jihad mereka menjadi jihad bagi keluarga mereka dengan cara yang baik dan halal.

Contohnya adalah restoran Dapoer Bistik Solo yang didirikan oleh mantan  napi terorisme yaitu Yusuf Adirima alias Machmudi Haryono bersama empat orang rekannya yang juga mantan napi terorisme. Konon restoran itu adalah resto steak terenak dan relative murah di Solo.

 Yusuf ditangkap karena menyimpan amunisi dan bom rakitan yang sangat tinggi daya ledaknya. Yusuf dikenal sebagai anggota Jamaah Islamiyah (JI) dan sempat menjalani  pelatihan militer di Kamp Hudaibiyah Filipina Selatan.

Yusuf dalam beberapa wawancaranya di media menyebut bahwa kini dia focus menjalankan restorannya dan berjuang demi keluarga dengan jalan yang halal.Dia juga menjalankan agama dengan baik.

Kini tak ada ketakutan lagi untuk lari dan bersembunyi atas apa yang sudah dilakukan. Secara batin dia juga merasa tenang dan damai bisa terlepas dari radikalisme yang pernah dia jalani.  

Yusuf tidak sendiri. Beberapa mantan teroris juga mengubah midset mereka soal berjuang menegakkan agama. Jika dahulu jihad yang benar adalah membasmi (membunuh) kaum kafir dan menentang ideologi mereka, namun kini jihad mereka adalah keluarga, lingkungan sekitar dan menjalankan perintah agama tanpa kekerasan. Inilah bukti benih dan zona damai yang dilakukan oleh eks napiter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun