Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cilok Superhighway

2 April 2022   17:00 Diperbarui: 2 April 2022   17:01 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Information Superhighway (Bill Frymire via Medium.com)

Lapangan ini dekat dengan SD dan SMP, sehingga saya bisa menemukan banyak orang berjualan disana. Ada penjual bubur ayam, bakso, soto, makanan jajanan pasar, nasi uduk, bahkan berbagai jenis minuman.

Sebagian besar masyarakat menaati protokol kesehatan dengan memakai masker. Walaupun ada satu dua orang yang bandel tidak menggunakan masker, atau letak masker diturunkan hingga hanya menutup dagu/jenggot.

Untuk mengganjal perut setelah capek keliling lapangan, saya membeli cilok karena sudah lama tidak mencobanya. Terakhir kali saya menikmatinya mungkin ketika duduk di bangku SMP. Sekadar informasi bagi Anda yang mungkin belum tahu, cilok terbuat dari campuran tepung terigu dan tapioka, biasanya dimakan dengan bumbu kacang.

Sesudah mengunyah cilok, ternyata rasa dan aroma agak berbeda dengan cilok yang biasa saya makan. Seingat saya, dahulu cilok tidak mempunyai rasa selain rasa terigu/tapioka. Namun sekarang, cilok rasanya seperti bakso. Saya tidak tahu apakah cilok yang dijual orang lain juga mempunyai rasa dan aroma sama.

Sebenarnya mudik kali ini saya tidak sepenuhnya liburan. Saya harus bekerja dari rumah beberapa hari (istilah kerennya WFH, orang Jepang menyebutnya remote work). Kali ini saya bisa tinggal lebih lama di Indonesia, karena saya biasanya hanya mengambil cuti 2 minggu saat nataru.

Jakarte punye cerite (dokpri)
Jakarte punye cerite (dokpri)

Sebelum mengambil kepusan untuk WFH dari Indonesia, ada rasa khawatir karena di rumah belum ada koneksi internet kabel melalui ADSL maupun fiber optik. Apalagi 3 tahun lalu, koneksi nirkabel internet melalui koneksi seluler belum stabil dan lambat karena teknologinya masih menggunakan sistem 3G.

Akan tetapi, kekhawatiran sirna karena ternyata sambungan nirkabel internet melalui koneksi seluler amat stabil dan throughput (kecepatan koneksi) juga tinggi. Koneksi sudah menggunakan sistem 4G, sehingga ketika saya mengukurnya melalui aplikasi, kecepatan transfer data bisa mencapai 20 Mbps untuk downlink (sinyal dari menara BTS ke gawai), dan 15 Mbps untuk uplink (sinyal dari gawai ke arah menara BTS).

Saya tidak pernah mengalami putus koneksi ketika mengakses email, Office365, dan web sistem operasional untuk keperluan kantor. Bahkan ketika melakukan meeting melalui Zoom maupun Teams dengan membuka kamera, tidak ada hambatan maupun buffering (sinyal berhenti atau tersendat) yang terjadi.

Pada tahun 1990 saat pemerintahan Bill Clinton, Al Gore mencetuskan ide Information Superhighway. Ini merupakan rencana ambisius kala itu, dimana semua koneksi di seluruh penjuru Amerika akan ditingkatkan kecepatannya dengan mengunakan fiber optik.

Di Indonesia menurut hemat saya, Information Superhighway terjadi beberapa tahun belakangan ini. Saat ini koneksi seluler sudah menggunakan teknologi 4G (meskipun jaringan 3G masih digunakan). Bahkan di area sirkuit Mandalika, kabarnya jaringan sistem 5G sudah operasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun