Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jepang dan Hadiah Nobel

12 Oktober 2019   13:37 Diperbarui: 12 Oktober 2019   16:38 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber www.recordchina.co.jp

Lagi pula, 20 tahun yang lalu Jepang (baik pemerintah maupun pihak swasta) memang tidak mempunyai dana besar untuk dialokasikan bagi penelitian.

Sekarang mari kita masuk pada pokok bahasan. Saya akan membagi dua fokus bahasan yaitu pertama pada masa kecil penerima Nobel, dan kedua adalah bagaimana sifat orang Jepang (dewasa) yang menunjang keberhasilan mereka meraih hadiah Nobel.

Kita mulai dari bagaimana masa kecil dari beberapa penerima hadiah Nobel. Beberapa dari mereka ternyata memang mempunyai ketertarikan pada suatu hal melalui buku yang dibaca, maupun melalui kejadian di sekitar atau dialami sendiri pada masa kecil.

Misalnya Fukui Kenichi, yang berpredikat sebagai orang Asia pertama penerima hadiah Nobel bidang Kimia pada tahun 1981. Fukui mempunyai ketertarikan besar pada serangga.

Pada usia sekolah dasar, dia gemar membaca berulangkali buku tentang serangga, yang merupakan terjemahan dari buku Souvenirs entomologiques karya Jean-Henri Casimir Fabre.

Shirakawa Hideki penerima hadiah Nobel bidang Kimia tahun 2000, tertarik pada kejadian yang dialami sewaktu kecil. Dia mengamati bahwa jika koran atau kayu yang dipakai untuk menanak nasi dan membakar tungku pemanas air pemandian, dicelupkan terlebih dahulu pada air garam, maka warna dari api berangsur mengalami perubahan. Ini juga menyebabkan Shirakawa menjadi tertarik untuk lebih mendalami bidang Kimia.

Lain lagi dengan Amano Hiroshi, penerima hadiah Nobel bidang Fisika pada tahun 2014. Pada masa kecilnya ketika masih di sekolah dasar, dia tertarik pada kipas angin. Dia ingin tahu bagaimana angin bisa berhembus dari baling-baling yang terpasang, dan ingin mengetahui lebih jauh lagi mekanisme dari kipas angin.

Kemudian Yoshino Akira, yang tahun ini menerima hadiah Nobel, ternyata saat usia sekolah tertarik pada lilin. Saking sukanya pada lilin, dia membaca buku terjemahan dari kuliah Michael Faraday dengan tema The Chemical History of a Candle, sejak duduk di kelas 4 sekolah dasar.

Ohsumi Yoshinori, penerima hadiah Nobel bidang Kedokteran pada tahun 2016 juga membaca buku tersebut, yang dihadiahkan oleh kakaknya.

Sebagai catatan, buku ini sekarang laris di Jepang, sehingga stok di toko buku tidak ada lagi. Penerbit bahkan memutuskan untuk mencetak ulang karena banyak pesanan tambahan sejak pengumuman hadiah Nobel tiga hari lalu.

Ternyata hobi membaca di masa kecil, maupun pengalaman langsung atas peristiwa menarik yang kemudian diikuti dengan rasa tertarik (penasaran) menjadi pemicu penerima Nobel untuk menekuni bidangnya masing-masing ketika mereka menjadi dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun