Mohon tunggu...
Sylya
Sylya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hollaaa! Let's be friends :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa Daerah Perbatasan Diutamakan dalam ASO?

5 Juni 2022   23:07 Diperbarui: 12 Juni 2022   10:41 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perpindahan siaran televisi analog ke siaran televisi digital di Indonesia atau biasa disebut dengan ASO, sudah mulai dilaksanakan di tahun 2022 ini. Perpindahan ini akan dimulai dari daerah-daerah terpencil terlebih dahulu, terutama daerah perbatasan. Terbatasnya siaran televisi lokal  di daerah perbatasan menjadi sebuah kekhawatiran yang perlu diperhatikan. Pasalnya hal tersebut dapat mengakibatkan lunturnya rasa nasionalisme terhadap tanah air. oleh karena itu, kali ini kita akan membahas mengenai mengapa daerah perbatasan lebih diutamakan dalam ASO.

Pertama-tama, kita perlu tahu terlebih dahulu apa itu pengertian ASO. Bagi kalian yang masih merasa asing dengan sebutan ASO, berikut penjelasannya.

Analog Switch Off (ASO) adalah penghentian siaran analog. Mungkin kalian lebih sering mendengarnya dengan istilah lainnya seperti migrasi digital, transisi televisi digital, digitalisasi televisi, maupun peralihan ke siaran televisi digital. Pada dasarnya Analog Switch Off merupakan sebuah proses yang di mana teknologi penyiaran televisi analog berubah ke siaran televisi digital. Dengan begitu, siaran televisi analog akan ditiadakan. Peralihan ini dilakukan di setiap negara dengan jadwal yang berbeda-beda. Banyak negara lain yang sebenarnya sudah melakukan peralihan ini sejak tahun 2000-an. Indonesia sudah menjadwalkan untuk melakukan Analog Switch Off di tahun 2022 ini. Indonesia sebenarnya sudah mulai menerapkan siaran televisi digital sejak tanggal 31 Agustus 2019. Perpindahan tersebut dilakukan secara bertahap, agar masyarakat bisa mendapat info dengan baik. Di tahun 2022 ini prosesnya akan dilakukan dalam tiga tahap, yang di mana proses tersebut mencakup 112 wilayah layanan, dimulai dari bulan April.

Menurut Peraturan Menkominfo Nomor 11 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Menkominfo Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penyiaran menyebutkan bahwa proses ASO akan berlangsung pada 30 April 2022, 25 Agustus 2022 dan 2 November 2022. ASO ini akan ada tiga tahapan, yaitu tahap 1, tahap 2, dan tahap 3.

  • Tahap pertama ASO di 30 April 2022 akan mencakup 56 wilayah siaran dan 166 kabupaten atau kota.
  • Tahap kedua, 25 Agustus 2022, menjadi 31 wilayah dan 110 kabupaten atau kota.
  • Tahap ketiga yaitu 2 November 2022 ada 25 wilayah siaran dan 63 kabupaten atau kota.

ASO dilakukan karena memiliki banyak alasan, salah satunya adalah kekhawatiran akan siaran televisi analog di daerah perbatasan.  Selama ini daerah perbatasan menangkap siaran televisi dari negara tetangga sehingga mereka belum tentu mengenal siaran televisi dalam negeri.

Bagi warga yang tinggal di daerah perbatasan negara, bisa menyaksikan siaran televisi dan radio dalam negeri adalah sebuah kemewahan. Salah satunya di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Mereka lebih mengenal siaran televisi negara tetangga Malaysia. Hal tersebut terjadi karena mereka kesulitan mengakses siaran televisi lokal. Imran Manuk, kepala desa Suruh Tembawang, Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau, mengakui bahwa masyarakat lebih sering menonton hiburan di saluran televisi asing.


"Menonton TV Malaysia bukan berarti mereka cinta Malaysia, tapi karena memang infrastruktur dan peralatan kita masih kurang, sehingga mereka lebih banyak mengenal Malaysia," ucap Kadis Kominfo Kabupaten Sanggau Yulia Theresia.

Faktor ekonomi juga tidak lepas dari masalah ini. Mahalnya satelit parabola membuat sebagian warga lebih memilih membeli antena UHF untuk ketersediaan hiburan di rumah mereka. Dengan adanya antena UHF, sejumlah stasiun televisi negara tetangga dapat dijangkau. berbeda dengan sejumlah siaran televisi di Indonesia, masyarakat harus menggunakan satelit parabola untuk mendapatkan sinyalnya.

"Rata-rata untuk dapat menikmati siaran televisi, masyarakat harus memiliki antena parabola," ucap Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Kalimantan Barat, Faisal Riza.

Ada sebanyak 18 siaran radio serta tiga siaran stasiun televisi Malaysia yang selalu menemani masyarakat perbatasan Kalimantan Barat. Bahkan, siaran-siaran tersebut merupakan siaran favorit mereka.

Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Kalimantan Barat, Faisal Riza mengatakan bahwa untuk menghindari dampak buruk dari terbatasnya siaran Indonesia di daerah perbatasan tersebut, harus ada siaran-siaran lokal maupun nasional. Adanya siaran-siaran ini dalam upaya untuk memblokade masuknya siaran-siaran asing tersebut.

Kesulitan mendapatkan siaran dalam negeri turut menyumbang salah satu isu yang ada di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia. Tak jarang, masalah ini kemudian dikaitkan dengan nasionalisme. Karena dengan banyaknya siaran asing yang masuk ke daerah perbatasan membuat mereka jauh lebih mengenal negara tetangga dibandingkan negara Indonesia sendiri.

Banyak warga yang terbiasa mendengarkan acara musik dari stasiun radio maupun stasiun televisi negara tetangga. "Karena itu tak heran jika mereka pun lebih hafal lagu Malaysia. Khusus untuk lagu Kebangsaan Malaysia, yang hafal hanya anak-anak SD," ujar Imran.

Usaha mendahulukan serta mengutamakan Analog Switch Off di daerah perbatasan merupakan bentuk dari langkah pemerintah untuk menutup kawasan blank spot. Kondisi geografis di Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau menjadi kesulitan tersendiri. Belum lagi dengan terpencar-pencarnya tempat tinggal penduduk. Paling tidak ada sekitar 32 persen kawasan yang masih belum terjangkau oleh sinyal penyiaran televisi. Oleh karena itu migrasi televisi analog atau ASO ini akan dimulai dari daerah perbatasan Indonesia dengan negara tetangga.

"Kami senang jika informasi tidak hanya beredar di kota besar. Kami juga ingin warga di perbatasan yang menikmati ASO duluan, ada variasi konten," ucap Direktur Penyiaran, Direktorat Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Geryantika Kurnia, dalam acara virtual, Rabu (23/6).

Gery mengatakan bahwa akan mendahulukan daerah perbatasan segera bermigrasi ke siaran televisi digital sesuai arahan Presiden Joko Widodo. Karenanya, pada tahapan pertama pengakhiran siaran televisi analog, dimulai dari daerah terluar.

Dengan adanya Analog Switch Off ini, seluruh masyarakat Indonesia dapat menikmati siaran televisi lokal. Tidak akan ada lagi kesenjangan untuk merasakan siaran televisi digital. Kita tidak perlu membeli televisi baru untuk menikmati siaran televisi digital, kita hanya perlu membeli Set Top Box (STB) saja. Bagi masyarakat yang kurang mampu, akan ada tujuh juta bantuan STB gratis dari pemerintah. Dengan ratanya siaran televisi lokal, masyarakat Indonesia terutama masyarakat perbatasan bisa meningkatkan rasa nasionalisme kepada tanah air. mereka akan mengenal Indonesia lebih jauh dan lebih dalam dari sebelumnya.

Dengan adanya Analog Switch Off juga, jaringan internet akan jauh lebih cepat daripada sebelumnya. Slot frekuensi 700 MHz yang ditinggalkan telvisi analog bisa digunakan untuk jaringan 5G yang akan membuat kecepatan internet semakin bertambah. Oleh karena itu masyarakat perbatasan tidak perlu khawatir dengan terbatasnya jaringan internet yang dapat mereka akses.

Indonesia merupakan negara yang luas. Indonesia memiliki ribuan pulau dengan total ratusan kabupaten dan kota. Oleh karena itu masih banyak tempat-tempat yang terkadang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Masih banyak daerah-daerah pelosok yang kondisinya turut memprihatinkan. Salah satu contohnya adalah daerah perbatasan, yang di mana untuk mendapatkan siaran televisi lokal saja sangatlah sulit. Mereka cenderung lebih sering menonton atau mendengarkan siaran televisi negara tetangga, bahkan beberapa dari mereka lebih hafal lagu kebangsaan negara tetangga yaitu Malaysia. Mirisnya lagi, ada beberapa daerah perbatasan yang kesulitan untuk mengakses jaringan televisi, mereka hanya bisa mengakses jaringan radio saja untuk pasokan hiburan. Selain karena sinyal yang sulit dijangkau, bagi yang ingin menonton siaran televisi haruslah menggunakan perangkat satelit parabola yang terbilang mahal harganya. Kualitas siaran yang di dapat juga belum tentu jernih dan bagus. Jadi mereka cenderung membeli antena UHF untuk menonton siaran televisi, sementara antena UHF hanya bisa menangkap sinyal televisi negara tetangga. Hal ini ditakutkan akan mengakibatkan lunturnya rasa nasionalisme dan rasa kecintaan terhadap tanah air. Ditakutkan juga, daerah-daerah pelosok maupun daerah-daerah perbatasan ini nantinya akan berani untuk memisahkan diri dari NKRI.

Maka dari itu, ASO sangatlah penting untuk diterapkan. Dengan adanya ASO diharapkan semua masyarakat Indonesia, maupun kota ataupun daerah, dapat menikmati siaran-siaran televisi lokal secara merata. Kualitas internet yang didapat juga lebih cepat dengan minim kendala. Tidak akan ada lagi kesenjangan dalam mengakses siaran televisi maupun internet. Anak-anak di daerah perbatasan akan mengenal Indonesia jauh lebih dalam lagi. Mulai dari lagu kebangsaan hingga keberagaman dan keunikan Indonesia, akan ditampilkan melalui konten-konten di siaran televisi lokal. Dengan begitu rasa nasionalisme dalam diri bangsa Indonesia akan semakin kental dan kuat. 

Luasnya jarak bukanlah sebuah penghalang untuk tetap bersatu. Walau tanah yang kita injak berbeda, tetapi langit yang kita junjung tetaplah satu. Kesabaran yang lebih memang dibutuhkan untuk kalian yang tinggal di daerah yang jauh dari kota. Namun kita sebagai anak bangsa harus tetap bisa bertahan dan berjuang demi kejayaan bangsa Indonesia. Mari kita cari solusi bersama untuk menyelesaikan sebuah masalah. Apapun agamamu, apapun sukumu, apapun rasmu, kita tetaplah saudara, dan saudara akan selalu ada untukmu walau dikondisi terendah sekalipun. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Mari bersama kita membangun Indonesia yang jaya. MERDEKA!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun