Mohon tunggu...
Sylvia Andaresta
Sylvia Andaresta Mohon Tunggu... Mahasiswi -

Selanjutnya

Tutup

Money

Teori Etika Sebagai Pedoman Bukan Patokan Dalam Bertindak Seorang Pemimpin

24 Juni 2018   19:07 Diperbarui: 24 Juni 2018   19:15 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Middleburgeccentric.com

Dalam suatu organisasi atau perusahaan pemimpin merupakan aspek penting dalam berlangsungnya proses pencapaian tujuan dengan efektif tidak hanya bagi perusahaan, setiap individu yang ada didalamnya juga bergantung kepada keberhasilan pemimpin dalam memimpin perusahaan dan organisasinya untuk suatu kesejahteraan, perkembangan dan kemajuan dalam perusahaan ataupun individu yang ada didalamnya. 

Oleh karena peranan penting yang dipegang seorang pemimpin maka dalam suatu perusahaan atau organisasi sangat diperlukan pemimpin yang beretika tinggi untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran yang merugikan perusahaan maupun setiap individu yang terlibat di dalamnya. Namun seiring pekembangan zaman, meningkatnya kebutuhan setiap individu, berkembangnya budaya dan prestise banyak dari pelanggaran etika yang terjadi seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, pelanggaran hak dan masih banyak lagi.

            Dalam banyak kasus pelanggaran etika, tidak dapat dipungkiri oknum-oknum yang melakukan pelanggaran etika merupakan seorang yang disebut pemimpin. Korupsi merupakan pelanggaran etika yang sering terjadi dimana menunjukkan banyak dari individu yang masih minim dan mengalami krisis etika.

            Dalam kehidupan beretika kita mengenal dan mengetahui teori-teori etika yang menjadi landasan dalam memahami apa yang baik dan buruk dan memutuskan suatu keputusan. Di negara kita sendiri pemerintah sudah berupaya dalam menanggulangi krisis etika yang terjadi dengan memberikan pendidikan etika bagi setiap pelajar yang diharapkan dapat mengurangi pelanggaran-pelanggaran etika yang terjadi, namun karena dorongan kebutuhan yang semakin meningkat dan kurangnya motivasi dalam diri seseorang menjadikan kehidupan beretika di nomor 2 kan. 

Hal tersebut dapat kita lihat dari kasus-kasus korupsi yang terjadi dimana alasan-alasan oknum yang melakukan tindakan tersebut jika dilihat secara dangkal merupakan hal yang dapat dikatakan tidak bertentangan dengan teori etika yang ada, namun perlu dipahami bahwa mempelajari dan memahami etika untuk implementasinya tidaklah semudah teori yang didapatkan. Seperti teori egoisme Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme, yaitu egoisme psikologis dan egoisme etis. 

Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri. Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. 

Dalam teori ini korupsi merupakan hal yang tidak secara keseluruhan salah karena merupakan tindakan manusia yang dimotivasi oleh kepentingan diri untuk memenuhi kebutuhan yang semakin tinggi , bahkan menurut teori konsekuensi (dimana hasil dari suatu perbuatan menilai tindakan yang dilakukan untuk memperoleh hasil tersebut) korupsi untuk tujuan yang baik dan tentunya meningkatkan prestise merupakan hal yang etis, namun korupsi merupakan tindakan merampas hak orang lain dan tindakan yang tidak memberikan manfaat bagi orang banyak yang artinya berlawanan dengan teori Utilitarianisme dan teori hak.

Dari pemaparan tersebut dapat dilihat bagamana rumit dan dalamnya implementasi dari etika dengan pribadi seseorang jika hanya di pelajari dan di pahami secara dangkal dan dasar, oleh karena itu etika tidak dapat hanya dipelajari dalam tingkatan mahasiswa ataupun etika profesi namun harus dimulai sejak usia dini dalam keluarga, lingkungan terutama dalam tingkat pendidikan hingga sikap etika tinggi tertanam dalam diri seseorang. 

Karena setiap kasus pelanggaran etika yang dilakukan berdampak pada kesejahteraan orang lain dan mempengaruhi motivasi dalam beretika, maka penting bagi suatu organisasi atau perusahaan untuk lebih selektif lagi dalam memilih seorang pemimpin tidak hanya melihat melalui pengetahuan, pengalaman  terlebih harus memperhatikan kepribadian tingkat pendidikan dan pemahaman etika yang dimiliki, dimana etika tidak dapat berpatokan pada salah satu teori namun harus memperhatikan setiap teori yang ada karena satu teori dengan teori yang lain saling memiliki keteraitan sehingga dijadikan suatu pedoman untuk implementasi yang tepat serta sesuai tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun