Mohon tunggu...
Syifa Rifatun Nisa
Syifa Rifatun Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswi UMS

IQT

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

bukan sekedar bacaan

11 April 2025   13:35 Diperbarui: 11 April 2025   13:33 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Merupakan salah satu bentuk perintah Allah untuk membaca Al-Qur'an, bahkan dengan Maha Murah nya Allah, dalam satu huruf bernilai pahala yang besar, yaitu sepuluh kebaikan. Seharusnya apa yang kita baca tidak hanya membunyikan huruf perhurufnya, susunan lafadz dari kata sampai kalimat, akan tetapi disertai tadabbur atau perenungan atas kandungan ayat yang ada. Baik dari seluruh sisi Al-Qur'an, dalam peringatan, kabar gembira, ancaman, kisah dan sejarah orang terdahulu yang dijadikan sebagai pelajaran dalam pengaplikasiannya pada kehidupan.

Dalam karya At-Tibyan fi Adab Hamalat Al-Qur'an, Imam Nawawi menyampaikan bahwa siapa pun yang membaca Al-Qur'an sebaiknya melakukannya dengan penuh kekhusyukan dan perenungan. Bukan sekadar membaca lafaz, tapi juga menyelami makna dari setiap ayat yang dilantunkan. Sebab, tadabbur --- merenungkan isi kandungan Al-Qur'an --- adalah inti dari membaca kitab suci ini. Saat seseorang membaca dengan hati yang hadir dan merenungi maknanya, jiwanya akan terasa lebih tenang, dan hatinya pun bercahaya. Banyak dalil dari Al-Qur'an, hadits Nabi, serta perkataan sahabat dan tabi'in yang menguatkan pentingnya tadabbur dalam berinteraksi dengan Al-Qur'an.

Tadabbur --- atau merenungi isi Al-Qur'an --- bukan sekadar membaca ayat, tapi menyelami makna yang dalam, menangkap tujuan-tujuan yang tersembunyi di balik kata-katanya. Seorang ulama pernah menjelaskan, tadabbur berarti berpikir secara menyeluruh hingga memahami pesan akhir dari ayat yang dibaca. Maka, tadabbur sejatinya adalah jembatan antara bacaan dan perbuatan.

Sayyidina Ali pernah berpesan, "Wahai para penghafal Al-Qur'an dan penuntut ilmu, amalkanlah apa yang telah kalian pelajari. Sesungguhnya orang yang benar-benar berilmu adalah dia yang mengamalkan ilmunya." Begitu pula Imam Hasan Al-Bashri berkata, "Tidaklah seseorang merenungi ayat-ayat Al-Qur'an kecuali ia mengikuti kandungannya." Artinya, tadabbur bukanlah berhenti di pemahaman, tapi terus mengalir hingga jadi tindakan nyata.

Lalu, muncul pertanyaan klasik: apakah orang awam bisa melakukan tadabbur?

Jawabannya: bisa. Bahkan sangat bisa. Tadabbur bukanlah pekerjaan eksklusif para ulama atau ahli tafsir. Al-Qur'an sendiri menegaskan bahwa ia diturunkan sebagai peringatan dan mudah untuk diambil pelajaran darinya (QS al-Qamar: 17). Apalagi sekarang, ada banyak sarana yang memudahkan kita: mushaf terjemah, kajian tafsir, hingga akses mudah ke media online yang menyediakan tafsir-tematik.

Kita tak perlu jadi ahli nahwu-sharaf untuk bisa memahami pesan cinta, peringatan, atau janji Allah dalam Al-Qur'an. Banyak ayat yang maknanya sangat jelas dan menyentuh siapa pun --- anak-anak, orang dewasa, bahkan orang yang tak bisa baca sekalipun.

Pernah ada seorang nenek buta huruf yang jadi makmum dalam shalat. Saat imam membaca ayat tentang atap yang runtuh, ia salah menyebut dari "atas mereka" menjadi "dari bawah mereka". Sang nenek langsung menegur, karena tahu bahwa yang namanya atap ya pasti dari atas, bukan bawah. Contoh sederhana ini membuktikan: memahami pesan Al-Qur'an tidak selalu butuh pendidikan tinggi, tapi hati yang peka dan terbuka.

Adapun tanda-tanda orang yang sudah mulai merenungi Al-Qur'an bisa dilihat dari sikap dan getaran hatinya:

  1. Matanya mudah menangis karena takut kepada Allah,
  2. Hatinya fokus dan hadir saat membaca,
  3. Jiwa tunduk dan merasa kecil di hadapan-Nya,
  4. Iman bertambah,
  5. Jiwanya bergetar, lalu menjadi tenang,
  6. Membawa cahaya dan kebaikan dalam hidupnya,
  7. Gemar bersujud sebagai bentuk penghambaan.

Kalau salah satu dari tanda-tanda ini ada dalam diri kita, berarti kita sedang berada di jalan tadabbur yang benar. Tapi jika hari-hari berlalu tanpa satupun tanda itu, bisa jadi kita hanya membaca, tanpa benar-benar "bertemu" dengan Al-Qur'an.

Maka, yuk mulai buka hati, buka akal, dan buka lembar demi lembar Al-Qur'an. Bacalah, tapi jangan berhenti di bibir. Renungi, hayati, dan hidupkan ayat-ayat itu dalam tindakan. Kalau seorang nenek yang tidak bisa membaca saja bisa menangkap makna Al-Qur'an, lalu... bagaimana dengan kita?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun