Mohon tunggu...
Syifa Nur Rohmah
Syifa Nur Rohmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nama saya Syifa Nur Rohmah. Saya dari Lampung Selatan. Saya lahir pada tanggal 12 Agustus 2003. Saya anak kedua dari tiga bersaudara. Sekarang saya tengah menduduki bangku mahasiswi di UIN Syarif Hidayatulah JAKARTA.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dua Sahabat yang Berjuang Menjadi Lebih Baik

14 Oktober 2022   09:00 Diperbarui: 16 Oktober 2022   21:26 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Syifa Nur Rohmah_ 11220520000098

Berawal dari dua insan yang tidak saling kenal hingga disatukan dalam sebuah organisasi sekolah yang mengharuskan keduanya saling berkenalan dan menjalin pertemanan hingga sekarang. Saya merasa beruntung dipertemukan dengan seorang teman yang bisa mengingatkan saya untuk selalu bersyukur atas ketetapan yang telah Allah berikan kepada saya, Seperti bersyukur atas nikmat keluarga yang masih utuh. 

Itulah nikmat yang begitu besar yang saya rasakan setelah mengetahui cerita teman seperjuangan saya tentang latar belakang keluarganya yaitu dipisahkan dengan orang tuanya saat hari kedua dia lahir ke dunia. 

Mungkin sebelum saya tau tentang masalalu dia, saya selalu lupa bersyukur bahwa saya masih diberi kesempatan untuk memiliki orang tua yang utuh dan harmonis. Namun, setelah saya mengenalnya dan bisa berbagi cerita dengannya disitu saya menjadi lebih paham bahwa peran keluarga sangat penting untuk masa depan seorang anaknya, dukungan dari keluarga juga sangat berpengaruh besar terhadap sikap dan perilaku seorang anak.

Dia adalah seorang ketua OSIS di sekolah saya, namanya syuhada. Banyak yang bilang dia itu orangnya dingin dan cuek tetapi tidak menurut saya. Karena sebenarnya dia orangnya ramah dan baik hati, hanya saja dia terbuka ke orang-orang terdekatnya saja, tidak dengan yang lain. Dan saya sebagai temannya yang mungkin dia sudah tidak ragu lagi untuk menceritakan semua hal kepada saya dan memang karena kita juga sering mengikuti lomba-lomba di sekolah lain, sehingga kita sudah saling mengetahui sikap dari masing-masing. Yang saya kagumi dari dia selain sebagai ketua OSIS yang sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh kepala sekolah karena prestasi-prestasi nya, dia juga adalah sosok yang tidak pernah mengeluh dengan masalah-masalah yang dihadapinya di masalalu dan sekarang ini, justru dia selalu menutupi semua luka itu dengan senyuman palsunya. 

Terkadang saya suka berpikir kenapa ada orang sehebat dan sekuat dia memikul semua beban dipundaknya tanpa banyak orang yang tau bahwa seorang ketua OSIS yang berprestasi itu ternyata memiliki latar belakang dari keluarga yang broken home. Jadi, pada hari dia sedang diposisi down gara-gara masalah keluarganya, dia cerita ke saya yang saat itu saya belum tau apa-apa tentang keluarganya. 

Dia berkata : "Syif, aya waktu teu?" lalu saya menjawab "Emang kunaon kitu?" "Hoyong curhat" kata dia, lalu saya mendengarkan semua yang diceritakan dia tentang keluarganya yang memberikan dia kepada keluarga orang lain saat dia masih bayi, karena ibu dan ayah kandungnya sudah bercerai sehingga ibunya mengalami masalah dalam hal ekonomi lalu menitipkan syuhada kepada keluarga orang lain. 

Dia sebenarnya anak ketiga dari lima bersaudara tetapi menjadi anak pertama di keluarga yang barunya itu. Kedekatannya dengan saudara-saudara kandungnya menjadi renggang gara-gara mereka terpisahkan, dan dia hanya dekat dengan saudara kandungnya yang kedua. Namun saat ini saudara yang dia percayai itu telah mengkhianatinya juga, itu yang membuat dia begitu terpukul dengan keadaannya sampai dia menceritakan semuanya ke saya tentang bagaimana saudaranya sudah tidak percaya lagi dengan adanya tuhan. 

Semuanya itu berawal dari masalah orang tuanya hingga dia merasa hidup tidak adil kepadanya, setelah itu saudaranya meninggalkan dia dengan menikahi wanita non muslim. Sehingga syuhada bertekad dalam dirinya untuk bisa mengembalikan kakaknya seperti dulu lagi, walaupun yang bisa merubah seseorang itu hanyalah Allah tetapi syuhada akan terus berdoa dan berusaha untuk kebaikan kakaknya. 

Dia bercita-cita melanjutkan perguruan tinggi prodi psikologi karena salah satu alasannya adalah untuk mengetahui kepribadian kakaknya dan dengan niat yang tulus itu akhirnya dia keterima di UII Yogyakarta jalur beasiswa. Meskipun dengan semua masalah yang sering menimpanya tetapi dia tidak pernah putus asa dan menunjukan kesedihannya didepan orang lain, justru dia membuktikannya dengan semua prestasi yang diraihnya dan dia lebih bijak dalam mengambil keputusan apalagi tentang hidupnya yang sekarang berada di lingkungan yang bukan dari keluarga kandungnya sendiri tetapi dia bersyukur ditakdirkan bersama keluarga baru yang sangat menyayanginya melebihi anak kandung mereka sendiri, saat ini keluarga barunya itulah yang selalu mendukung dia untuk menjadi seseorang yang lebih baik dan lebih kuat lagi dalam menghadapi masalah. 

Dia selalu mensyukuri dengan apa yang Allah berikan untuknya karena dia tau bahwa Allah lebih tau apa yang dia butuhkan, bukan apa yang dia inginkan. Dan dari semua masalah yang pernah dihadapinya itu selalu ada hikmah dibaliknya. Makanya dia selalu mengingatkan saya untuk selalu bersyukur dalam setiap hal kecil sekalipun

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun