Mohon tunggu...
Syifa Maulida Hajiri
Syifa Maulida Hajiri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Gadjah Mada

Syifa tertarik dengan dunia jurnalistik dan media kreatif, terutama dalam serba-serbi perfilman.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Bukan Bandung Bondowoso: Saat Ujian Tak Bisa Kukerjakan Satu Malam

21 November 2022   16:02 Diperbarui: 21 November 2022   16:05 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pusing Mengerjakan Ujian, Gambar: tirachardz di Freepik

Ujian akhir seringkali menjadi momok buat banyak pelajar, mahasiswa, termasuk diri saya sendiri. Ada orang-orang yang santai menghadapi ujian akhir. Ada yang pusing tujuh keliling. Ada juga yang terlihat santai tapi diam-diam belajar dan mengerjakan ujiannya dengan mati-matian. 

Hasil atau nilai ujian akhir bisa saja dianggap bukan hal yang penting bagi segelintir orang. Namun, bagi beberapa lainnya, ini seakan perkara hidup dan mati. Sampai-sampai mereka bisa belajar atau mengerjakan ujian semalam suntuk, atau biasa disebut kebut semalam. Sistem kebut semalam ini bukanlah suatu hal yang baru, sebagian pelajar dan mahasiswa juga menganut sistem ini. Namun, apakah sistem kebut semalam itu bisa menjadi cara yang efektif untuk mencapai nilai memuaskan?

Saya akan menjawab pertanyaan ini dari perspektif pribadi yang mungkin bisa disetujui ataupun tidak oleh siapapun.

Saya bukanlah tipe orang yang cocok dengan sistem kebut semalam. Sebagai mahasiswa dalam klaster sosial humaniora, ujian akhir yang saya hadapi mayoritas berbentuk tugas menulis esai hingga makalah. Saya lebih nyaman memulai mengerjakan ujian jauh-jauh hari sebelum tenggat waktu pengumpulannya karena terdapat sejumlah proses krusial yang tidak bisa saya lewatkan.

Kenapa ujian tidak bisa saya kerjakan dengan kebut semalam? Sebelum mulai menulis esai, saya perlu membuat outline dan mencari berbagai referensi pendukung berupa jurnal ataupun buku sebagai bahan menulis esai. Tahap pencarian referensi ini begitu penting bagi saya. Saya selalu menyeleksi sumber referensi yang berasal dari penerbit-penerbit kredibel. Hal ini saya pertimbangkan demi mendapatkan jurnal atau buku yang terjamin kualitasnya. Selain itu, mendapatkan jurnal atau buku yang sesuai dengan topik yang akan ditulis bukan merupakan perkara yang mudah. Kata kunci bisa saja membantu pencarian jurnal yang cocok, tetapi untuk memastikan lebih lanjut saya perlu membaca keseluruhan isi jurnal dalam waktu yang relatif singkat.

Usai mencari berbagai sumber referensi, waktu menulis dimulai. Menuangkan ide dan argumen-argumen dalam benak saya, masih saja menjadi tantangan tersendiri. Terlebih, apa yang saya tulis dalam esai atau makalah ujian akhir harus memiliki dasar berpikir yang logis, didukung dengan data, ataupun referensi dari penelitian terdahulu. Inilah yang kadang menghambat kelancaran saya dalam mengerjakan ujian akhir sehingga pengerjaannya tidak bisa saya lakukan dengan begitu cepat.

Saat tulisan telah selesai, saya tidak bisa langsung saja mengumpulkan karya saya itu kepada dosen. Masih ada satu tahap yang perlu saya kerjakan untuk lebih menyempurnakannya. Saya perlu kembali membaca hasil tulisan dan melakukan penyuntingan. Mungkin saja terdapat berbagai kesalahan pengetikan, kesalahan format penulisan, ataupun kalimat-kalimat membingungkan yang tidak koheren ketika kembali dibaca. Untuk itu, saya perlu mengoreksi kesalahan-kesalahan itu sebelum mengumpulkannya kepada dosen.

Setelah cukup lama menjadi mahasiswa, saya semakin yakin bahwa kebut semalam untuk ujian bukanlah sistem yang tepat bagi saya untuk mengerjakan ujian. Saya bukan Bandung Bondowoso. Ujian saya kerjakan semenjak jauh-jauh hari demi mendapatkan kualitas tulisan yang lebih maksimal. Mungkin sistem kebut semalam ini dirasa menjadi metode yang cocok bagi segelintir mahasiswa dalam pengerjaan ujiannya, tapi tidak bagi saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun