Curah hujan yang tinggi di Provinsi Riau menyebabkan bencana banjir yang meluas ke berbagai wilayah. Hal itu menyebabkan naiknya elevasi Waduk PLTA Koto Panjang secara signifikan. Untuk mempertimbangkan keamanan bendungan, Tim Koordinasi Pengoperasian Bendungan Waduk PLTA Koto Panjang melakukan pembukaan pintu limpahan air (spillway gate). Luapan air ini mencapai Kabupaten Pelalawan, terutama di Jalan Lintas Timur KM 83. Selain merendam permukiman warga, banjir juga melumpuhkan tempat ibadah, sekolah, hingga jalan lintas utama. Banjir ini terjadi hampir setiap tahun pada awal Januari hingga Februari, menyebabkan dampak berulang bagi masyarakat setempat.
Salah satu lokasi terdampak adalah Jalur Lintas Timur (Jalintim) di KM 83, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan. Jalan Lintas Timur Jambi-Riau sebagai jalur nasional yang menghubungkan Aceh hingga Lampung, banjir di lokasi ini menghambat arus lalu lintas. Ketinggian air mencapai 60 sentimeter, memicu kemacetan panjang kendaraan yang melintas. Banyak kendaraan yang tidak dapat melewati jalan ini, menyebabkan kemacetan parah dan terganggunya aksesibilitas. Ratusan warga kini terpaksa menyewa perahu motor sebagai sarana transportasi untuk keluar masuk kecamatan menuju ibu kota kabupaten maupun Kota Pekanbaru agar dapat kembali beraktivitas.
"Kami turun langsung ke lokasi bersama jajaran untuk memastikan arus lalu lintas tetap terkendali meskipun terjadi antrean panjang hingga berjam-jam," ujar Bupati Pelalawan, Zukri, pada Kamis (23/1/2025).
Saat melakukan peninjauan, Zukri didampingi oleh Asisten I Sekretariat Daerah Provinsi Riau, Zulkifli Syukur. Dalam kesempatan tersebut, mereka meminta pemerintah pusat agar segera mengambil tindakan serius. Zukri mengungkapkan bahwa banjir telah berdampak pada 3.500 rumah yang tersebar di enam kecamatan, lebih dari 3.537 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 12.000 jiwa terdampak, serta menyebabkan beberapa sekolah terpaksa diliburkan, Banjir ini semakin memperparah kondisi sosial dan ekonomi masyarakat setempat.
Selain itu, BPJN bersama Balai Wilayah Sungai dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengadakan rapat virtual untuk membahas strategi modifikasi cuaca dan pengaturan pintu air di PLTA Koto Panjang. Yohanes menjelaskan bahwa efek dari penurunan pintu air baru akan terasa dalam 3–4 hari, bergantung pada curah hujan yang terjadi.
Untuk mengatasi banjir yang terus berulang, Yohanes mengusulkan pembangunan flyover di ruas jalan lintas sebagai solusi jangka panjang guna meningkatkan efisiensi transportasi dan mengurangi dampak banjir.
“Jika banjir ini menjadi masalah tahunan, maka pembangunan flyover adalah solusi yang kami usulkan kepada Kementerian PUPR,” katanya.
Namun, hingga saat ini, banjir masih belum sepenuhnya surut karena intensitas hujan yang masih tinggi. Pemerintah daerah terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menanggulangi dampak banjir dan mencari solusi jangka panjang guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI