Mohon tunggu...
Syauqi Almalik
Syauqi Almalik Mohon Tunggu... Lainnya - Masih Mahasiswa

Punya Mimpi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyerangan Pribadi Hingga Rasisme, Kritis Moral Bangsa

27 Januari 2021   05:31 Diperbarui: 27 Januari 2021   05:37 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyerangan Pribadi Senjata yang ampuh?

Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan cuitan seorang pendukung presiden tahun lalu yang bisa dibilang antu kritik namun menyerang balik dengan serang pribadi, bahkan penyerangan itu bisa mengakibatkan rasisme. Tentu perbuatan ini sangat tercela dsn menyinggung keras orang yang diserang maupun yang hanya melihatnya saja.

Beberapa bulan lalu pernah juga terjadi terhadap tokoh pengamat politik tak lain tak bukan ialah Rocky Gerung. Dimana dalam debat acara TV Nasional, beliau diserang oleh seorang Profesor yang tak mampu membalas argumennya. Kata Profesor itu "Saya ini profesor asli bukan seperti anda". Sontak argumen ini mendapat kecaman dari netizen bahkan Fadli Zon turut berkomentar dengan cuitanya "Tak pantas seorang profesor memberi pernyataan begitu, kayaknya tuh gelar keberatan bagi anda". Memanglah tak pantas seorang profesor memberi argumen dengan serangan pribadi, dan saya rasa prof itu sedang kena panik akut sehingga argumennya keluar begitu saja dari mulutnya (sengaja tidak sebutkan nama demi menjaga kode etik jurnalistik/gak keliatan ngungkit masa lalu).  

Penyerangan pribadi yang kerap terjadi dalam berargumen itu disebut dengan ad hominem attack, ad hominem attack atau penyerangan ad hominem adalah cara sesat pikir informal dalam penalaran. Tanpa diketahui penyerang itu, ad hominem yang digunakannya tidak mampu membuktikan bahwa argumennya itu benar secara logika atau fakta.

Filsuf Charles Taylor, di dalam bukunya yang berjudul "Philosophical Arguments"--khususnya di Bab 3 "Explanation and Practical Reason"--yang diterbitkan oleh Harvard University Press (1995), berpendapat bahwa ad hominem (membahas fakta tentang pembicara atau penulis tertentu relatif terhadap nilai pernyataannya) adalah sangat penting demi memahami masalah moral tertentu karena hubungan antara individu dan moralitas (atau klaim moral), pula kontras penalaran semacam itu dengan penalaran apodiktis (melibatkan fakta-fakta yang tidak dapat dipertanyakan atau dinyatakan dengan jelas). Moralitas jenis ini tidakla etis diutarakan oleh orang yang terpandang karena orang Indonesia ini sangat memperhatikan soal moralitas. Makanya tindakan itu sangat memalukan ditambah lagi memperkeruh suasana kehidupan berkebangsaan.

Terus bagaimana jika berakibat rasisme?

tangkapan layar pribadi
tangkapan layar pribadi
Beberapa hari yang lalu kita lihat hastag rasis naik di Twitter dan menjadi trending. Orang yang diserang itu adalah pengamat politik asal Papua yang dimana ia selalu mengkritik pemerintah. Namun ada dari tim sukses pemegang pemerintahan yang dulu berjuang memenangkan kontes pilpres. Ia mengatakan Pengamat Politik itu dengan kata monyet dan hitam. Tentu pernyataan ini membuahi cacian dari sejumlah warganet. Ternyata yang menghina pengamat politik asal Papua ini berjumlah ratusan lebih. Fenomena ini menunjukan dunia betapa buruknya moralitas di Indonesia ini. Seorang pembela rakyat dihina secara pribadi melalui cuitan-cuitan media sosial.

Jika dilihat dalam UU ITE sang penyerang bisa dijerat hukuman penjara yang cukup lama. Namun, apakah akan terlaksana dengan baik? Banyak dari mereka golongan buzzer saja tidak tersentuh UU ITE layaknya makhluk ghaib. Jika buzzer menghina malah kita yang melapor yang kena getahnya seperti makhluk ghaib ini kuat sekali gentayangannya.

Saya berpikir bahwa rasisme itu hanya terjadi di negeri barat saja seperti Amerika yang sering terjadi namun telah teratasi. Saya harap juga hal ini cepat teratasi, karena mampu memicu pecah belah bangsa. Mendengar permohonan maaf dari si penyerang tidaklah membuat kami para penyaksi keadilan puas, hukum secara adil adalah kunci dari bangsa yang bermartabat, tanpa ada hukum yang tumpul keatas tajam kebawah. Teruntuk saudara-saudaraku di Papua kami mohon maaf jika kata kami menyinggung perasaan kalian, kita bersaudara satu tanah satu bangsa satu bahasa.

Penulis : Muhammad Syauqi Almalik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun