Sayangnya, keunggulan itu tak bertahan lama. Saleh Abu Alshamat menyamakan skor di menit ke-17. Menjelang turun minum, pelanggaran Yakob Sayuri berbuah penalti bagi Arab Saudi. Feras Albrikan menjalankan tugasnya dengan baik, membuat skor 2-1 untuk tuan rumah.
Babak Kedua: Ujian Mental dan Kebangkitan
Albrikan kembali menjadi momok di menit ke-62. Gol keduanya membuat skor menjauh menjadi 3-1. Namun, di situlah Indonesia menunjukkan perubahan.
Tidak ada wajah putus asa. Patrick Kluivert dari pinggir lapangan terus memberi instruksi agar tim tetap bermain disiplin dan fokus menyerang.
Menit ke-87, keberanian itu terbayar. VAR kembali menjadi sekutu Garuda. Nawaf Bu Washl melakukan handball di kotak penalti, dan Kevin Diks kembali melangkah maju. Ia mengeksekusi dengan sempurna. Skor menjadi 3-2.
Sayangnya, waktu habis lebih cepat dari harapan. Meski begitu, Garuda pergi dari Jeddah dengan kepala tegak.
Bukan Sekadar Kekalahan, Tapi Pelajaran!
Bagi media asing seperti Reuters, laga ini hanyalah "comeback dramatis Arab Saudi". Tapi bagi publik Indonesia, cerita yang berbeda sedang ditulis.
Untuk pertama kalinya, Indonesia tampil sebagai tim yang percaya diri di kandang lawan kuat. Mereka berani memegang bola, tidak sekadar menunggu kesempatan. Struktur permainan terlihat, mentalitas pun mulai terbentuk.
Jay Idzes bahkan berkata singkat seusai laga, "Masih ada satu kesempatan." Kalimat sederhana, tapi mencerminkan semangat tim ini: tidak menyerah sebelum peluang terakhir tertutup.
Tidak di GBK, Tapi Garuda Tetap Bernyanyi