Jeddah Menguji, Garuda Menjawab
Kadang sepak bola tidak hanya soal menang atau kalah. Ada momen ketika hasil akhir tidak sepenuhnya menggambarkan perjuangan. Malam di King Abdullah Sports City, Jeddah, menjadi salah satu kisah itu.
Timnas Indonesia kalah tipis 2-3 dari Arab Saudi pada Kualifikasi Piala Dunia 2026. Namun, dari laga itu, ada sesuatu yang tumbuh: kepercayaan diri. Garuda mulai belajar bagaimana caranya bertarung, bahkan di tanah lawan.
Patrick Kluivert Datang Membawa Angin Perubahan?
Ketika Patrick Kluivert diumumkan sebagai pelatih Timnas Indonesia awal tahun 2025, banyak yang skeptis. Nama besar saja tidak cukup, pikir sebagian orang. Tapi pelan-pelan, pria Belanda itu membuktikan bahwa ia bukan datang untuk liburan, melainkan membangun sesuatu yang serius.
Filosofinya sederhana: Indonesia harus berani bermain sepak bola yang progresif. Tidak lagi menunggu lawan menyerang, tapi berani memegang bola, mengatur ritme, dan menciptakan peluang.
Melawan Arab Saudi, di Jeddah yang panas dan penuh tekanan, bentuk awal dari filosofi itu mulai tampak.
Garuda Berani di Tanah Gurun
Laga baru berjalan lima menit, Jay Idzes sudah memberi ancaman lewat sundulan tajamnya. Menit ke-11, VAR memberi kabar gembira: handball dari Hassan Al Tambakti. Kevin Diks maju sebagai algojo dan dengan dingin menaklukkan kiper lawan. Indonesia unggul 1-0.
Sorak suporter Arab Saudi sempat terhenti. Ada rasa bangga di dada, melihat Garuda berani memimpin di kandang tim raksasa Asia.