Mohon tunggu...
Ari Syarifudin
Ari Syarifudin Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Reader,Writer book, Biker, Traveller, Web developer, twitter:@syarifudin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Begini Cara Pesantren Al Ittifaq Mewujudkan Santri Milenial "Entreprenurship"

23 November 2017   22:40 Diperbarui: 23 November 2017   22:49 2854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatihan bertani bawang putih di pondok pesantren Al Ittifaq

Di benak masyarakat umum, bayangan tentang santri yang belajar di pondok pesantren yaitu belajar dan berkutat dengan ilmu agama. Dari pagi hingga malam yang dilakukan selalu mengkaji Al Quran dan hadist. Itulah bayangan santri zaman 'old'. Zaman sudah berubah. Era gadget dan kaumnya millennial sedang bersinar. Modernitas menjadi tolok ukur perubahan. Tertinggal atau terus berubah mengikuti zaman.

Tanpa pilih kasih, corak pemikiran modern ikut mengubah para pemimpin agama yaitu para kyai pondok pesantren. Era kompetisi dan kehidupan modern menuntut inovasi dan terobosan.  Belajar dari kegagalan pengelolaan pesantren milik ayahnya, Kyai Haji Fuad Affandi membuka diri untuk terbuka terhadap perkembangan zaman. Banyak perubahan yang digiatkan Kyai. Mulai dari pola pengajaran, pola asuh dan proses pendidikan. Salah satu perubahan revolusioner yaitu memilih  pengembangan  entrepreneurship dan pengembangan agrobisnis dalam pondok pesantren. Sebuah pola pikir radikal di zamannya, saat yang lain sedang berijtihad, sang kyai nekad menantang zaman kekinian.

Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan sumber daya alam yang subur. Jumlah penduduknya sangat banyak. Melihat kelimpahan lahan pertanian dan banyaknya petani di daerahnya, KH Fuad Affandi langsung terjun dalam pengelolaan agrobisnis pertanian. Dengan mengembangkan agrobisnis pertanian, setidaknya  akan memberi dampak dan manfaat yang besar bagi masyarakat sekitar sebagai pembelajaran. Juga menjadi tumpuan pendanaan santri dan pondok pesantren menuju kehidupan mandiri. Pilihan agrobisnis bidang pertanian dijadikan faktor penolong untuk membantu membiayai pesantren menjadi mandiri dalam pembiayaan pondok pesantren.

Pondok pesantren Al Ittifaq berlokasi di Ciwidey.  Didirikan pada 16 Syawal 1302 H/ 1 Februari 1934 M oleh KH Mansyur. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh anaknya yaitu  H Rifai.  Pada tahun 1970, pimpinan pesantren diserahkan kepada KH Fuad Affandi (cucu pendiri) yang berinovasi menampung santri tidak mampu dan merintis kegiatan bisnis berbasis pertanian guna membiayai operasional pesantren. Sang Kyai berkeyakinan dengan mengajarkan pertanian, maka para santri memiliki kemampuan wirausaha yang nantinya ilmu tersebut bisa dimanfaatkan setelah pulang dari pesantren. Jadi pulang dari pesantren tidak hanya bisa mengajar ngaji saja kepada masyarakat.

Pesantren Al Ittifaq berbeda langgam dalam mengelola pesantren. Selain kegiatan belajar ilmu umum dan kajian masalah keagamaan, santri juga diajarkan materi pemberdayaan ekonomi lewat praktik kewirausahaan. Di pesantren Al Ittifaq, sang Kyai membuat laboratorium kewirasausahaan atau entrepreneurship. Kawah candra dimuka para pewirausaha yang langsung melakukan kerja praktek nyata. Iconsantri entrepreneurshipmenjadi brand pesantren ini.

Bagaimana santri millennial entrepreneurshipditempa?

Para santri dikenalkan taglinebahwa menjadi wirausaha syaratnya adalah jiwa kreatif, inovatif, dan bersabar. Untuk kerja praktek, santri langsung terlibat di laboratorium lahan pesantren seluas 14 hektar yang ditanami 25 macam sayur mayur. Di lahan tersebut, para santri setiap hari praktek memilih sayuran berdasarkan kualitasnya. Santri mendapat bimbingan tentang kategori kualitas komoditas yang terdiri tiga bagian yaitu grade1, grade2 dan grade3. Pada kategori Grade 1 yang merupakan kualitas terbaik diperuntukkan bagi supermarket dan pasar modern, grade 2 dengan kualitas sedang dijual di pasar tradisional sedangkan grade 3 dikonsumsi sendiri. Sisanya diperuntukkan untuk makanan ternak.

Di medan pemasaran, para santri diajak untuk memahami karakter pasar penyerap komoditi hasil pertanian pondok. Untuk bisa memenuhi pasar  supermarket dan pasar modern serta dipercaya menjadi pemasok secara terus-menerus dalam jangka panjang bukanlah perkara mudah.  Di bagian ini para santri mendapat pelajaran menjaga keberlangsungan pasokan produk  dengan menerapkan prinsip 3-K, yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinyuitas. Santri diwanti-wanti untuk menjaga kualitas barang sesuai standar produksi. Soal kuantitas, santri diharapkan untuk mengontrol pasokan dan menjaga amanah untuk memenuhi permintaan pasar. Santri diajarkan untuk menyiapkan ketersediaan waktu dan komoditi karena hubungan mitra  harus dijaga dan selalu harus siap dengan permintaan komoditas secara tiba-tiba.

Manajemen efisien juga dikenalkan oleh sang Kyai. Santri diajarkan untuk tidak menyisakan sumberdaya yang menganggur. Semuanya harus diberdayakan dan difungsikan  "jangan sampai ada sejengkal tanah yang tidur, jangan sampai ada sedikit waktu yang nganggur, dan jangan ada sampah yang ngawur," begitu pesan sang Kyai.

Para santri binaan yang  ikut dalam program entrepreneurship  mulai bekerja dari pagi sampai sekitar jam 11.00 sedangkan waktu lainnya digunakan untuk belajar. Para santri bekerja dalam dua kelompok yaitu kelola pertanian dan kelola peternakan. Yang bertugas di bagian pertanian  diisi sekitar 10-20 orang. Sedangkan kelompok pertanian terdiri dari sekitar 4-5 orang. Secara rutin, mereka dirotasi agar memiliki ketrampilan mengelola berbagai produk. Untuk santri perempuan, mereka khusus menangani, pengemasan, garmen dan kerajinan.

Kegiatan itu berputar dan berotasi sehingga menggembleng santri menjadi kuat dan tahan dalam menekuni dunia agribisnis. Harapannya, para santri bisa menjadi lokomotif perubahan di tempatnya mengabdi dan terjun di medan dakwah.  Sehingga keterampilan agrobisnis bisa menjadi ladang jihad yang produktif dan bisa berkontribusi ke masyarakat dan pengembangan pesantren di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun