Rute Kereta Api Pandalungan dimulai dari Stasiun Gambir-Jatinegara-Bekasi-Cikarang-Karawang-Cirebon-Tegal-Pekalongan-Semarang Tawang-Ngrombo-Cepu-Bojonegoro-Lamongan-Surabaya Pasar Turi-Surabaya Gubeng-Sidoarjo-Bangil-Pasuruan-Probolinggo-Klakah-Tanggul-Rambipuji-Jember. Kami turun di Stasiun Surabaya Gubeng. Â Total jarak tempuh 919 km dengan waktu tempuh rata-rata 12 jam 47 menit, kereta api ini pernah menjadi kereta api antarkota dengan jarak tempuh terpanjang di Indonesia sebelum digantikan oleh Blambangan Ekspres dengan rute dari Jakarta hingga ujung timur Banyuwangi.
Kereta Api Pandalungan berangkat dari gambir jam 19.30 wib, dan sampai di Surabaya Gubeng jam 05.30 wib. Kami sengaja pilih kursi barisan depan-belakang agar bisa berhadapan dan memudahkan saya tetap menjangkau anak-anak. Ada petugas sigap yang rutin lewat sehingga tak lama proses perputaran kursi lekas beres.
Makan malam di kereta makan
Tak lama selang kereta jalan, adik minta dibelikan nasi lantaran sebelumnya hanya makan kwetiau. Sekalian aja saya ajak ke kereta makan, biar lebih lega makannya karena mejanya luas. FYI, selama ini saya belum pernah makan di kereta makan, biasanya hanya di tempat duduk saja. Kereta makan di Pandalungan ada diantara gerbong empat dan gerbong lima, sedangkan kami berada di gerbong tujuh. Kami harus berjalan sepanjang dua gerbong ke depan agar sampai di kereta makan.
Sesampainya di kereta makan kami dimanjakan sama interior cakep ala suasana kereta Eropa tempo dulu. Mayoritas material yang dipakai nuansa kayu cokelat tua dengan kursi sofa berwarna hijau yang saling berhadapan dan meja bermotif marble warna hitam emas di tengahnya. Terdapat mini bar kecil dan kursi khas mini bar di lorong depan mini bar. Di sebelah mini bar terdapat musholla. Di bagian dinding terdapat lukisan kereta api, dan hiasan dinding ukiran kayu. Lampu penerangan berwarna kuning menambah suasana seperti di dalam resto kereta klasik . Â
Kami pesan chicken bulgogi dan baso aci, minumnya air mineral. Untuk chicken bulgoginya harus menunggu sebentar karena dibawakan dari gerbang belakang, sedangkan baso acinya lebih cepat karena cuma disiram air panas. Pembayarannya bisa pakai uang tunai, QRIS, e-wallet seperti ShopeePay, GoPay, LinkAja maupun OVO.
Kata adik, chicken bulgoginya enak makanya dia lahap habisin. Makanan dikemas dalam kotak makan, sendok garpunya terbuat dari bambu sehingga lebih ramah lingkungan. Â
Pengunjung kereta makan makin malam makin ramai, kami cukup lama duduk di resto sambil nungguin adik yang ngunyahnya bisa tahan berjam-jam. Â
Tak terasa jam menunjukkan pukul 22.00 wib, saatnya kami balik ke gerbong asal lalu pergi tidur. Setelah kenyang, kami semua pergi tidur karena mayoritas penumpang sudah tidur. Saya sempat terbangun jam 04.00 wib untuk ke toilet. Toiletnya juga bersih, tersedia area wastafel, sabun, dan tisue. Ngga ada bau pesingnya sama sekali.
Kereta sampai di Surabaya jam 05.30 wib, ada petugas porter yang siap bantuin bawain dua koper besar kami ke tempat parkir. Saya pilih pulang naik taxi bluebird yang sudah tersedia di dalam stasiun agar tak terlalu lama menunggu, sebab ketika kami sampai disambut hujan. Â