Mohon tunggu...
Syarifah Ramadhani
Syarifah Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa Hubungan Internasional di UPN "Veteran" Jakarta

Saya senang mengisi waktu luang dengan menonton film, podcast, talkshow, serta membaca tulisan singkat di berbagai platform. Topik yang saya nikmati cukup beragam, mulai dari sosial, politik, sosial budaya, ekonomi, hingga olahraga. Bagi saya, menonton dan membaca bukan hanya hiburan, tetapi juga cara untuk memperluas wawasan dan membentuk sudut pandang baru yang akan bermanfaat bagi kehidupan di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keberagaman Teman di Lingkungan FISIP UPN "Veteran" Jakarta sebagai Representasi Kekayaan Budaya Indonesia

20 Agustus 2025   13:53 Diperbarui: 20 Agustus 2025   13:53 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PKKMB FISIP UPN "Veteran" Jakarta 2025 menjadi salah satu momen yang sangat berkesan bagi saya sebagai mahasiswa baru. Kegiatan ini dimulai dengan pembukaan dari MC yang penuh semangat, dilanjutkan dengan penampilan tari tradisional yang menunjukkan betapa kayanya budaya bangsa kita. Setelah itu, berbagai materi disampaikan oleh narasumber yang memberikan banyak wawasan baru seputar perkuliahan, organisasi, serta kehidupan kampus secara lebih luas. Sesi tanya jawab pun berjalan interaktif sehingga membuat kami, mahasiswa baru, merasa lebih dekat dengan suasana akademik yang akan segera dijalani.

Selain sesi materi, ada juga talkshow yang inspiratif, games yang seru, serta perkenalan organisasi mahasiswa yang membuka wawasan tentang ruang berkembang di kampus. Pada hari kedua, seluruh mahasiswa baru diwajibkan memakai batik sebagai simbol kebersamaan dalam keragaman budaya. Hari itu juga dimeriahkan dengan parade KSM (Kelompok Studi Mahasiswa) yang memperlihatkan keberagaman minat dan bakat di lingkungan FISIP. Acara kemudian ditutup dengan penampilan guest star DJ Mail yang membuat suasana semakin meriah dan meninggalkan kesan mendalam bagi seluruh peserta.

Dari serangkaian kegiatan PKKMB, hal yang paling berharga bagi saya adalah kesempatan mengenal teman-teman baru dari berbagai latar belakang budaya. Julia, misalnya, berasal dari Nias, Sumatra Utara. Ia bercerita tentang makanan khas daerahnya yang disebut tamboyo, sejenis ketupat kecil dengan rasa asin dan gurih. Julia juga memperkenalkan tradisi Fahombo atau lompat batu, sebuah ritual adat di mana pemuda dianggap dewasa jika berhasil melompati batu setinggi dua meter. Selain itu, bahasa daerah Nias yang khas juga menarik untuk dipelajari, salah satunya sapaan "Ya'ahowu" yang berarti salam sejahtera.

Saya juga berteman baik dengan Egitha yang berasal dari Sunda. Karakternya yang lembut seakan mencerminkan keramahan masyarakat Sunda. Ia sering mengajarkan beberapa kata sederhana dalam bahasa Sunda, seperti "punten" untuk permisi atau "sampurasun" sebagai salam. Budaya Sunda juga terkenal dengan kuliner yang segar dan menyehatkan, seperti nasi timbel lengkap dengan lalapan serta sambal, hingga camilan peuyeum yang populer. Selain itu, orang Sunda dikenal gemar bercanda dengan logat khas yang membuat suasana terasa akrab meski baru pertama kali berkenalan.

Teman lainnya adalah Hayfa, yang membawa dua budaya sekaligus: Betawi dan Solo. Dari budaya Betawi, saya mengenal makanan khas kerak telor yang sering hadir dalam acara-acara besar di Jakarta. Betawi juga memiliki kesenian lenong yang sarat dengan humor, serta gaya bahasa yang khas, misalnya sapaan "ape kabar, bang?" yang terasa akrab. Sementara dari Solo, Hayfa bercerita tentang tata krama orang Jawa yang halus, serta kuliner seperti nasi liwet dan serabi. Tradisi penggunaan bahasa Jawa krama di Solo menjadi salah satu bentuk penghormatan dalam kehidupan sehari-hari yang sangat menarik untuk dipelajari.

Keberagaman teman-teman yang saya temui membuat saya semakin menyadari betapa kayanya Indonesia. Setiap orang datang dengan bahasa daerah, makanan khas, cerita unik, maupun kebiasaan yang berbeda-beda. Perbedaan inilah yang justru memperkaya suasana kampus. Kami bisa saling berbagi pengalaman, belajar hal baru, dan menambah pengetahuan tanpa harus keluar jauh dari lingkungan kampus. Rasanya menyenangkan ketika di tengah obrolan santai, saya bisa mendengar kata sapaan khas dari daerah lain, atau bahkan mendapat rekomendasi makanan tradisional yang belum pernah saya coba.

Melalui pengalaman ini, saya merefleksikan bahwa keberagaman merupakan modal sosial yang sangat penting, baik di kampus maupun di Indonesia. Di kampus, keberagaman melatih kami untuk terbiasa menghargai perbedaan dan menjadikannya sebagai kekuatan bersama. Di tingkat nasional, keberagaman adalah identitas bangsa yang telah diwariskan sejak lama, sebuah fondasi yang harus dijaga agar tetap kokoh.

Sebagai mahasiswa baru, saya merasa keberagaman yang saya temui di PKKMB FISIP UPN "Veteran" Jakarta 2025 adalah cerminan kecil dari Indonesia. Jika kami bisa menjaga dan merawat keberagaman ini dengan baik, maka persatuan akan semakin kuat. Perbedaan bukanlah halangan, melainkan kekuatan yang menyatukan. Keberagaman bukan hanya sekadar identitas, tetapi juga harapan untuk masa depan bangsa yang lebih baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun