Mohon tunggu...
SYARIFAH KARIMAH
SYARIFAH KARIMAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - mine mine yours mine

i'm happy tobe me

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mental Illness Terhadap Remaja Indonesia

21 Desember 2021   15:51 Diperbarui: 21 Desember 2021   16:05 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sebelum penulis menceritakan kejadian apa saja secara observasi yang penulis amati yang terjadi di kalangan remaja di Indonesia, perlu kita ketahui sedikit pemahaman mengenai Mental Illness, Mental illness atau sering disebut dengan gangguan mental yang mana hampir seluruh kalangan di Indonesia dan penjuru dunia baik anak-anak, remaja bahkan orang dewasa pun pernah mengalaminya, dan mungkin telah sembuh dari penyakit ini, tanpa sadar mental illness ini terkena orang-orang terdekat kita, namun kita tidak menyadarinya atau kurang kepekaan akan hal tersebut. Sangat banyak faktor mengenai mental illness diantaranya yang sering dialami yaitu: masalah dalam keluarga, trauma, pelecehan, depresi, bullying, body shaming dan lain-lain.


Yang perlu digaris bawahi, penyakit mental itu tidak memandang usia sama sekali, dia bisa saja menyerang siapapun dari setiap kalangan bahkan anak kecil di bawah umur sekalipun. Menurut penelitian besar meta-analysis large- scale dari 192 studi, hasilnya secara global atau seluruh dunia onset waktu timbulnya gangguan mental pertama terjadi dibawah usia 14 tahun telah mencapai 1/3 individu atau 30%.


Dari penelitian diatas seharusnya kita lebih peduli terhadap mental illness, karena tanpa kita sadari sangat banyak anak-anak atau remaja yang terkena gangguan mental (depresi) namun mereka tidak berani untuk cerita atau lingkungan tidak aware dengan masalah mental illness ini. Bukan hanya pada anak-anak, para orang dewasa saja mungkin tidak tahu kalau dia terkena mental illness, di Indonesia jika berbicara mengenai mental masih belum banyak dipahami oleh masyarakat atau sangat disepelekan bahkan kasarnya menganggap pengidap gangguan mental illness menjadi suatu yang sangat sensitif (aib). 

Stigma di Indonesia mengenai mental illness itu masih sangat tabu atau pamali, sangat banyak oknum-oknum yang beranggapan bahwa mental illness disebabkan karena kurang ibadah, padahal mental breakdown itu bukan berarti kita kurang ibadah, jauh dari tuhan, bukan juga karena merosotnya iman, banyak toh orang beriman atau orang  yang pintar saja bisa juga terkena mental illness. (meskipun ibadah juga berpengaruh) tapi tidak bisa kita jadikan sebagai faktor utama. Disebabkan karena pandangan buruk masyarakat terhadap mental illness sehingga membuat mereka malu untuk konsul ke professional, karena pada dasarnya mereka membutuhkan rangkulan bukan penghakiman.


Terkait dari pembahasan diatas, orang yang mengalami gangguan mental tidak jarang mencoba untuk bunuh diri karena yang mereka fikirkan bukan lagi dosa, neraka , meskipun mereka tahu balasannya, tapi bagaimana cara untuk menghilangkan rasa sakit, Lelah, depresi, tekanan dan ini sering terjadi terhadap remaja-remaja di Indonesia khususnya para mahasiswa. Mental illness ini juga sangat sering dianggap sepele oleh para orang tua di Indonesia, tidak heran banyak anak yang mengatakan bahwa mental mereka hancur karena orang tuanya,  para orang tua tanpa sadar sering membentak anaknya, atau menginginkan anaknya sesuai dengan goals yang mereka rencanakan yang membuat si anak tertekan dan depresi sehingga mencari cara untuk mengakhirinya.


Menurut perspektif masyarakat Indonesia yang kurang paham mengenai berharganya mental seseorang, mereka mengatakan “Alah anak muda zaman sekarang ini hidupnya terlalu banyak drama terlalu di lebay-lebay in, itula sebab penyakit mental sangat menjamur dikalangan pemuda sekarang, padahal memang lagi terlalu banyak masalah hidup aja, yah namanya juga hidup gak selalu mulus, kalau lagi stress yaudah jalanin aja syukurin nanti juga kelar, ada up and down  nya” Ucap orang awam yang merasa sehat mentalnya.
Dari pengalaman  penulis sendiri selama usia 18 tahun ini, saya sering menemui banyak orang yang bangga mempunyai mental illness, padahal orang yang punya bad mental saja ingin sembuh dari penyakitnya. Mental illness itu harus dianggap serius loh, bukan candaan dan tidak lazim dijadikan candaan


 penulis menulis tulisan singkat ini khususnya bagi pejuang mental health tetap semangat yah! kalian hebat bisa bertahan sejauh ini, sedikit pesan bagi pembaca yang sedang mengalami mental breakdown tidak perlu untuk selalu jadi badut untuk orang lain, cukup jadi dirimu sendiri, terus positif untuk sembuh, take care for yourself, dan  sering-sering lakukan metode self healing yaitu butterfly hug metode ini digunakan untuk mengurangi rasa cemas dan meningkatkan rasa kepercayaan diri, sekarang mari kita lakukan Bersama! Pertama, dekap tubuhmu Tarik nafas kamu! dan bayangkan  hal-hal yang sedang kamu alami saat ini dan hembuskan! Ucapkan pada tubuh kamu sendiri terima kasih sudah berjuang sejauh ini! ,dan jika kamu merasa butuh pencerahan segera konsul ke dokter psikiater atau konsul ke psikolog.  
 
nama: Syarifah Karimah

mahasiswa psikologi UIN Ar-raniry Banda Aceh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun