Mohon tunggu...
Syarifah Rukayah Indra
Syarifah Rukayah Indra Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 4 Banda ACeh

Guru SMAN 4 Banda Aceh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mee Bu

20 Oktober 2022   23:42 Diperbarui: 20 Oktober 2022   23:48 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku baru saja menunaikan shalat dhuhur ketika ponselku berdering. Segera kuangkat  dan kuucapkan salam, dan terdengar suara diseberang sana.

"alaikumsalam Umi..ini Fira" kata suara diseberang sana

"ya Fira, apakabar? " jawabku

"alhamdulillah sehat , umi sehat juga kan?

"alhamdulillah" aku membalasnya.

"umi..ini Fira mau ngundang Umi dan Abah untuk hadir kerumah besok karena ada acara "Mee Bu" sahut Fira diseberang sana.

Mee Bu merupakan tradisi di Aceh ketika seorang wanita  yang telah menikah dan hamil mencapai usia tujuh bulan, maka keluarga suami akan datang ketempat atau kerumah pasangan tersebut dengan membawa bermacam-macam menu makanan. Tradisi ini diyakini bahwa  membawa bermacam-macam menu makanan ini adalah dengan tujuan agar si wanita hamil tersebut tercukupkan gizinya karena sudah dekat waktu melahirkan. Tradisi ini masih dilaksanakan hingga saat ini, bahkan disebagian daerah di Aceh, akan membuat acara yang lebih besar lagi dan ditambahkan lagi dengan acara lainnya, seperti peusejuk, dan lainnya bahkan mengundang banyak orang. Didaerah lain mungkin tradisi ini disebut "Nujuh Bulanan" atau istilah lain tergantung masing-masing daerahnya. Keluarga suami akan datang dengan rombongannya.

"O ya..alhamdulillah, Fira sudah tujuh bulan ya?"

Aku tersenyum membayangkan Fira saat ini. Fira merupakan anak asuhku. Aku mulai mengenalnya setelah peristiwa tsunami yang melanda Aceh tahun 2004.

Setelah tsunami meluluh lantakkan beberapa kota di Aceh, termasuk Banda Aceh kotaku. Begitu banyak korban nyawa dan harta benda. Ribuan anak menjadi yatim bahkan yatim piatu akibat peristiwa ini. Aku bersyukur sekali dengan posisi tempat tinggalku yang agak jauh dari laut, membuat gelombang tsunami tidak menghacurkan rumah-rumah di sekitarku, namun air tsunami sempat merendam rumahku hingga 1 meter. Aku beserta suami dan anak-anakku yang masih kecil sempat mengungsi dikawasan didekat bandar udara yang alhamdulillah tidak terkena air tsunami. Beberapa hari dipengungsian  aku dan anak-anak dijemput adikku yang tinggal diprovinsi  tetangga  untuk dibawa kesana ketempat orang tuaku.  Aku memutuskan membawa anak-anaku mengungsi  kerumah orang tua karena kondisi dikota Banda Aceh saat itu sangat tidak kondisif untuk kesehatan, karena begitu banyak mayat yang bergelimpangan dijalan bahkan dihalaman rumahku ada beberapa mayat yang terdampar disana. Wabah penyakit tentu akan bermunculan. Suamiku tidak ikut karena harus menjaga dan membersihkan rumah yang masih berlumpur bersama-sama tetangga lainnya. Di Gampong atau kelurahanku hampir semua wanita dan anak-anak diungsikan ketempat lain sedangkan para lelakinya tinggal untuk membersihkan rumah bersama secara gotong royong.

Setelah beberapa hari mengungsi ditempat orang tuaku, suamiku menghubungi agar aku kembali ke Banda Aceh karena dirumahku ada tamu dari Jakarta yang menginap dan mereka merupakan relawan dan tokoh-tokoh Habaib yang akan memberikan bantuan untuk korban tsunami. Terpaksa kutinggalkan anak-anakku dengan kutitipi pada orang tua dan adik-adikku.  Aku segera berangkat menuju Banda Aceh dan begitu sampai dirumah aku menemukan banyak orang dirumahku. Ternyata rumahku sudah dijadikan posko bantuan untuk korban tsunami. Bantuan yang datang dari organisasi dan keluarga Habaib yang ada di pulau Jawa. Banyak sekali bantuan yang datang , ada sembako, pakaian, selimut, tenda, obat-obatan. Bantuan tersebut segera disalurkan kemasyarakat yang membutuhkan, sehingga kulihat banyak sekali yang datang kerumahku untuk mengambil bantuan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun