Itu adalah gambaran, selayang pandang dari sosial kehidupan yang saya alami dan amati, bisa jadi tidak sepenuhnya benar. Kemungkinan besar terjadi di berbagai daerah di Indonesia, terutama di pedalaman atau desa-desa.Â
Ketika masih kecil dihembuskan nilai-nilai moral yang lemah. Begitu dewasa, dia menyerap nilai moral yang kuat, namun terlambat, sehingga dia meninggalkan nilai-nilai moral yang lemah, yang merupakan pondasi kebaikan juga. Hasilnya, dia menjadi liar. Ketika kuat, dia menjadi tidak terarah, karena kecewa dengan nilai moral yang selama ini diterimanya tidak memberikan apa-apa.
Terkahir, hidup itu harus lengkap, seimbang, dan sebanding. Setiap hal tercipta ada pasangannya. Yang tidak ada pasangannya, itu "dibuat-buat". Tentu tidak ada yang sempurna. Tetapi, sebisa-bisanya kita menyerap ilmu semesta. Perkara hasil, kita titipkan kepada Tuhan saja.
Syarif_Enha@Nitikan, 24 September 2020