Beberapa rumusan berikut, semoga bisa membantu kita menemukan kebenaran.
Pertama, carilah imam atau guru yang pandai dan memahami ilmu agama dengan dalam. Karena firman Allah jelas menyatakan, "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (Q.S. Al-Isra' : 36).Â
Dalam hal ini, menentukan imam sebagai panutan adalah sangat penting, mengingat pemahaman kita terhadap ilmu agama sendiri sangat terbatas. Jangan memilih Imam hanya karena ukuran kefasihan bahasanya, tetapi pilihlah karena kedalaman ilmunya.
 "Dan janganlah kalian mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidah kalian secara dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (Itu adalah) kesenangan yang sedikit; dan bagi mereka azab yang pedih." (Q.S. An-Nahl : 116-117)
Kedua, tanamkan keyakinan dalam hati bahwa Islam adalah agama yang menjunjung tinggi keselamatan dan kasih sayang. Adanya dalam praktek orang Islam yang tidak bersikap Islami, jangan lantas menyalahkan atau meragukan kebenaran Islam.Â
Karena pada dasarnya Islam seperti memberikan bahan mentah dan masing-masing kita adalah peramu untuk memasaknya dengan resep yang sudah diajarkan. Hasil masakan yang berbeda, jelas bukan pada kesalahan resep atau bahannya, namun pada ukuran takaran dan cara memasak masing-masing kita.
Ketiga, berusahalah untuk selalu memberikan suatu kebaikan dalam kehidupan kita. Karena bukti Islam dan Iman seseorang adalah dari perilaku dan sikap kesehariannya. Dengan adanya bentuk kongkret perbuatan yang merupakan manifestasi Iman, diharapkan Iman kita selalu kuat dan terjaga.
Menampilkan Islam Yang Matang
Teror dan segala bentuk tindak kekerasan selalu meninggalkan luka dan ketakutan pada nurani manusia. Hal itu tentu saja bertentangan dengan dasar Agama Islam yang mengajarkan keselamatan dan rahmat bagi semua makhluk. Sehingga ajaran tertinggi Islam adalah cinta.Â
Beribadah kepada Allah jika masih dilandasi dengan rasa beban kewajiban atau karena takut pada ancaman dan tergiur dengan iming-iming pahala, maka belum sampai dia pada tingkat berislam yang penuh. Kita mendasari ibadah kita dengan cinta.
Kiai Budi Harjono dari Meteseh Semarang dalam suatu kesempatan menasehatkan terkait dengan terorisme ini. Beliau mengajak untuk menampilkan Islam pada titik kematangan, yang selalu memberikan buah untuk dinikmati secara universal, tidak perduli siapa yang akan memetiknya, karena yang terpenting adalah kebaikan untuk semuanya.Â