Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kalo Gak Bisa Sama, Bukan Berarti Gak Boleh Beda Kan?

20 Januari 2017   17:27 Diperbarui: 20 Januari 2017   17:49 2433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kan kamu yang ajarin kita-kita dulu. Bahwa kita, bangsa ini didirikan bukan karena kita ingin mempertontokan perbedaan di antara kita. Tapi di perbedaan yang kita miliki, kita punya satu TUJUAN yang SAMA.

Lupa ya, bahwa kita punya tujuan yang sama untuk “bersatu”. Bersatu untuk saling menghormati , bersatu untuk saling menghargai, bersatu untuk saling menyayangi sebagai bangsa, bersatu untuk saling menolong, dan yang penting bersatu untuk saling mengisi setiap “ruang kosong” di setiap perbedaan kita itu sendiri.

Kalo gak bisa sama bukan berarti gak boleh beda kan.

Itu kalimat sederhana sekali. Dan artinya juga sangat jelas. Perbedaan kita itu bukan untuk dibesar-besarkan. Berbeda itu anugerah sekaligus ujian. Berbeda bukan untuk saling menuduh, bukan untuk saling menyalahkan, bukan untuk saling membenci, dan bukan untuk saling merendahkan satu sama lainnya.

Udah dari sononya. Kita memang gak sama dalam banyak hal. Agama kita beda. Suku kita beda. Warna kulit kita beda. Bahkan kita dengan saudara sekandung aja tetap beda. Udah pastilah kita beda, gak usah dipersoalkam.

Tapi kita bisa sama dalam TUJUAN. Karena semua perbedaan kita adalah keindahan yang realistis. Agar kita tetap mau RENDAH HATI untuk MENGHARGAI orang lain yang berbeda. Itu SIKAP MENTAL yang harus kita punya dan junjung tinggi.

Kalo gak bisa sama bukan berarti gak boleh beda kan.

Terus sekarang, apa masalahnya? Kalo kamu gak mau berdampingan dengan orang-orang yang “berbeda”. Kamu gak suka sama teman yang beda pilihan, gak suka sama yang gak sepaham sama kau. Kenapa begitu? Lagi-lagi, sikap mental kita, barangkali, bermasalah.  Mental kita terlalu dirasuki oleh egoisme, oleh rasa khawatir yang berlebihan. Bahkan mental kita dipenuhi oleh pikiran negatif yang belum tentu benar.

Hari gini, udah gak zamannya mempersoalkan perbedaan. Karena tiap orang hidup emang berbeda-beda. Isi kepalanya beda, gayanya beda, sifatnya beda, bahkan tampangnya juga beda. Kita hanya butuh sikap mental yang lebih terbuka, yang mau menerima tiap perbedaan di antara kita dan tetap berpikir positif. Gampang kan…

Jadi, kalo gak bisa sama. Kenapa gak boleh berbeda?

Kalo kata Gus Dur, “Gak boleh lagi ada pembeda di antara kita  karena alasan agama, bahasa ibu, kebudayaan atau  ideologi”.

Toleransi, Bhineka Tunggal Ika, keberagaman dan sebagainya yang bagus-bagus itu, sungguh percuma kalo cuma dipahami per definisi doang. Kita gak lagi perlu memperdebatkan baik-buruknya toleransi dan sebagainya. Sungguh, kita hanya butuh aksi untuk “menghargai” tiap perbedaan yang ada di sekitar kita. Aksi itu tindakan nyata, perilaku konkret ….. Kerjakan saja.  

SAMA itu bagus. Tapi BEDA juga pasti ada dan terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun