Dunia pendidikan, mungkin hari ini sudah dianggap enteng dan makin diremehkan. Katanya sekolah jadi tempat mendidik anak. Tapi saat siswa ditegur justru guru yang disalahkan. Bertindak tegas karena sikap siswa yang buruk justru dibilang kekerasan. Pendidikan makin kehilangan arah, entah sekolah mau jadi apa?
Siswa merokok di sekolah. Saat ditegur malah berbohong. Lalu diberi tindakan tegas (bukan kekerasan) justru guru yang disalahkan. Entah kenapa, kini budaya menyalahkan tanpa memahami konteks makin nggak karuan. Banyak orang menilai tindakan guru hanya dari satu sisi, tanpa melihat tanggung jawab, tugas, atau niat pendidikan di baliknya. Guru selalu dianggap salah, sekolah begitu gampang diobrak-abrik orang-orang di luar pendidikan. Itulah gambaran situasi pendidikan yang tidak sehat. Relasi antara guru dengan siswa, orang tua, atau masyarakat kian dikebiri.
Jadi, ketika guru tidak lagi boleh menegur siswa terus sekolah lah mau jadi apa? Mau jadi kafe, RPTRA atau apa, yang semuanya boleh-boleh saja dan sebebas-bebasnya.Â
Memprihatinkan keadaan pendidikan kita. Bila setiap teguran guru ke siswa dianggap salah. Bila setiap ketegasan guru dicap sebagai kekerasan. Mau jadi apa sekolah ke depan? Maka, jangan heran besok disiplin hanya tinggal kenangan. Kejujuran akhirnya jadi omong kosong.
Banyak orang sudah mulai lupa. Profesi guru itu landasannya iktikad baik. Guru tidak sedang mencari musuh, mereka hanya menjaga agar aturan tetap dijunjung tinggi dan bermakna. Ketegasan itu berbeda dengan kekerasan.Â
Pendidikan itu ada aturannya. Tanpa batas dan bimbingan, Â sekolah akan kehilangan arah dan generasi bangsa akan tumbuh tanpa kendali. Maka biarkan sekolah jadi satu-satunya tempat yang masih berani menegakkan aturan, semuanya untuk pendidikan anak.
Aneh saja, bila hari ini kita kehilangan rasa hormat terhadap guru. Ketika guru selalu dianggap salah, berarti kepercayaan terhadap otoritas dan niat baik guru mulai luntur. Padahal, guru tidak hanya mengajar pengetahuan, tapi juga membentuk karakter.
Kurangilah budaya menyalahkan tanpa memahami konteks di sekolah. Jika setiap keputusan guru dipertanyakan atau disalahkan, maka proses mendidik bisa kehilangan arah. Siswa jadi sulit menghormati dan belajar dengan hati terbuka.Â
Memang, guru tidak selalu benar. Tapi ketika "selalu dianggap salah", itu tanda ada masalah lebih dalam pendidikan. Wibawa pendidikan yang menurun sehingga komunikasi jadi rusak, ekspektasi jafi berlebihan, dan pendidikan jadi are ayang terlalu banyak prasangka buruk.Â
Hati-hati, di zaman begini, makin banyak orang-orang bukan pendidikan tapi berkecimpung seperti pendidik. Tidak punya modal ilmu dan perilaku pedagogik tapi bicara banyak tentang bagaimana mengajar. Semuanya butuh refleksi dan kesadaran bersama. Salam literasi!