Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan Dana Pensiun

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Ketua Dewas DPLK SAM - Humas ADPI - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 54 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

55 Tahun, Suka Lupa Kalau Sudah Tua

16 Maret 2025   17:33 Diperbarui: 16 Maret 2025   17:33 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
55 tahun, suka lupa kalau sudah tua (Sumber: Pribadi)

Kemarin 15 Maret 2025, saat ulang tahun ke-55, saya menggunakan kaos berjudul "suka lupa kalau sudah tua". Kaos itu bukan tanpa alasan saya kenakan. Justru ada banyak pesan dan hikmah untuk diri saya sendiri, bahkan menjadi pengakuan diri di hadapan anak-anak, istri, menantu, dan cucu saya di saat buka puasa bersama keluarga kemarin. 

Suka lupa kalau sudah tua. Bukan hanya soal usia. Tapi lebih pasnya soal cara berpikir dan sikap mental yang melekat pada diri sendiri. Untuk lebih fokus pada diri sendiri, tidak lagi peduli terhadap urusan orang lain, kecuali berkiprah secara sosial di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor.bkita sering lupa kalau sudah tua, kok masih sering membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Sudah tua, kok masih berani bergibah. Apalagi hanya bisa menyalahkan orang lain tanpa mampu introspeksi diri. 

Lupa kalau sudah tua. Masih mengejar dunia ke mana-mana, dari subuh hingga larut malam mencari materi dan harta. Tanpa bisa membagikannya kepada sesama, tanpa punya waktu lagi untuk berbuat baik dan menebar manfaat kepada orang lain. Ketika sudah tua, terus bila mampu mencapai semuanya, mau ngapain lagi?

Terus terang, di sekitar kita, kian banyak orang-orang yang fokusnya pada masalah, fokusnya pada mencari kejelekan orang lain. Maka di usia 55 tahun, saat mengenakan kaos "suka lupa kalau sudah tua", saya menegaskan untuk komitmen dan selalu ikhtiar menjauhkan diri dari perbuatan buruk dan pikiran negatif. Melepaskan apapun yang membuat stres dan tidak nyaman, menghindari diri dari orang-orang toxic, apalagi arogan dan subjektif.

Hari gini, di zaman begini, lebih baik fokus pada hal-hal yang baik dan bermanfaat. Bila perlu yang asyik-asyik saja, mendingan nonton tiktok yang bisa bikin ketawa kapanpun. Kenapa? Karena kita berbuat baik dan bermanfaat saja belum tentu bisa mendapat surga-Nya, apalagi gemar berbuat buruk dan berpikir negatif. Jadi penting, di usia 55 tahun, untuk memilih lingkungan dan tempat bergaul yang sehat dan produktif.

Saya, bisa jadi, tidak sebaik yang orang lain pikirkan. Itu hak orang lain dan saya tidak bisa mengontrol sikap dan pikiran orang lain kepada saya. Karena saya hanya bisa mengendalikan hati, pikiran, dan perilaku saya sendiri. Selebihnya saya tidak mampu dan menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Ketahuilah, atas alasan apapun, orang lain lebih banyak mengingat kekurangan dan kesalahan kita. Tapi hanya sedikit mengingat kebaikan yang kita perbuat. Jadi, tidak usah pusing dengan prasangka buruk orang lain.

Ada istilah, bila mau tahu buruknya kita, silakan tanya kepada para pembenci kita. Tapi bila ingin tahu baiknya kita, tidak usah tanya siapa-siapa. Begitulah nyatanya. 

Saat usia 55 tahun kemarin, saat memakai kaos "suka lupa kalau sudah tua". Saya hanya bertekad untuk lebih fokus pada keluarga dan orang-orang tercinta di sekitar sa

ya, tetap mengajar dan bergaul dengan orang-orang baik sambil berkiprah sosial di TBM Lentera Pustaka. Tidak ada yang lainnya, tidak lagi punya obsesi duniawi. Semuanya sudah saya rengkuh sudah saya capai, selebihnya tinggal konsisten berbuat baik dan menebar manfaat. Selebihnya menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. 

Apapun bisa terjadi. Karena Nabi Ibrahim tidak pernah tahu api yang membakarnya berubah menjadi dingin. Nabi Musa sama sekali tidak tahu lautan di depannya bisa terbelah. Nabi Muhammad pun akhirnya menjadi pilihan kekasih Allah SWT. Segalanya dapat terjadi bila mau berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama, itulah yang kini melandasi hidup saya di usia 55 tahun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun