Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Catatan Pegiat Literasi, Saat Anda Melihat ke Belakang Pasti Tersesat

5 Mei 2023   06:47 Diperbarui: 5 Mei 2023   07:01 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Ada pelajaran penting yang sulit dilupakan. Saat tim Tonight Show NET TV pada tahun 2021 lalu meliput aktivitas taman bacaan dan berantas buta aksara di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Bahwa berkiprah di taman bacaan, cara pandang yang paling penting adalah "tetap melangkah". Bergerak maju dan membuat terobosan apapun. Agar taman bacaan tetap eksis.

Memag sulit dipungkiri. Berkiprah di taman bacaan pasti banyak hambatan dan tantangannya. Jatuh bangun, bahkan tersandung dengan hal-hal yang menjadi sebab frustrasi. Apalagi sifatnya sosial, taman bacaan sering kali disepelekan orang. Hingga "jalan terjal" selalu menghantui taman bacaan untuk menggapai impiannya. Untuk mewujudkan giat membaca dan aktivitas literasi yang bermanfaat untuk masyarakat.

Karena semangat untuk terus berdiri dan melangkah maju itulah, Tonight Show NET TV mengangkat kisah TBM Lentera Pustaka dalam menegakkan kegemaran membaca dan pemberantasan buta aksara. Hingga dinobatkan sebagai "Ramadhan Heroes - Tonight Show NET TV Tahun 2021" pada acara yang digawangi Desta dan Vincent itu (simak di: https://www.youtube.com/watch?v=Ji63Diopb48&t=414s). Pesan pentingnya adalah "selalu ada seberkas cahaya di ujung terowongan gelap untuk taman bacaan bila mau tetap melangkah ".

Memang tidak mudah berkiprah di taman bacaan. Apalagi di tengah gempuran era digital. Belum lagi di mata orang-orang yang menyebut, "Ngapain membaca buku manual? Sekarang kan zamannya e-book". Biarlah, karena memabg tugas orang lain meremehkan taman bacaan. Sementara pegiat literasi di taman bacaan, hanya tahu untuk terus melangkah. Melangkah dan melangkah apapun kendalanya. Karena modal terrbesar taman bacaan adalah komitmen dan konsistensi dalam berkegiatan.

 

Pegiat literasi di taman bacaan memang sadar. Di taman bacaan, tidak ada rapor. Tidak ada absensi, tidak ada kenaikan kelas. Bahkan gurunya (baca: relawan) pun tidak ada gajinya, Semuanya dikerjakan sukarela, tanpa pamrih. Jadi, berkiprah di taman bacaan sangat rentan untuk "berhenti" atau sulit untuk bertahan. Karena itu, solusi terbaik di taman bacaan adalah melangkah terus, melangkah lagi, dan melangkah tanpa henti. 

Mengajak anak-anak membaca pasti sulit. Mengajar berantas buta aksara memang berat. Bahkan mengelola taman bacaan untuk tetap eksis pun sangat berat. Hanya sikap militan dan jiwa pantang menyerah yang masih "menyelamatkan" taman bacaan tetap eksis di Indonesia. Untuk tetap melangkah maju. Tidak ada tempat sekecil apapun untuk hal-hal yang menghambat laju taman bacaan.

Alhasil, setelah berjalan 6 tahun, kini TBM Lentera Pustaka telah mengelola 15 program literasi,  yaitu 1) TABA (TAman BAcaan) tadinya hanya 14 anak kini menjadi 130 anak pembaca aktif dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya), 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak usia prasekolah, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 12 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 2 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 28 kaum ibu agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng), 10) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 11) LITFIN (LITerasi FINansial), 12) LIDAB (LIterasi ADAb), 13) Motor Pustaka atau MOBAKE (MOtor BAca KEliling), 14) Rooftop Baca, dan 15) Berantas Buta Aksara Al Quran. 

Koleksi buku tadinya hanya 600 buku, kini mencapai lebih dari 10.000 buku bacaan. Dengan dukungan 5 wali baca dan 12 relawan, TBM Lentera Pustaka saat ini beroperasi 6 hari dalam seminggu dan tidak kurang dari 200 orang menjadi pengguna layanan TBM Lentera Pustaka setiap minggunya. 

Pada akhirnya, taman bacaan memang sulit "didekati" melalui logika. Bisa jadi tidak masuk akal untuk sebagian orang. Tapi yang pasti, taman bacaan harus dikelola dengan hati. Agar dapat terus melangkah dan bergerak maju, apapun kendala yang menghadangnya.  Untuk terus menebar kebaikan dan manfaat kepada banyak orang. Sebagai "legacy" atau warisan untuk umat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun