Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Susahnya Berkiprah Tingkatkan Minat Baca di Taman Bacaan

7 April 2023   09:33 Diperbarui: 7 April 2023   09:46 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Mendirikan taman bacaan, bagi saya, persis seperti buka warung. Harus jelas konsepnya, siapa sasarannya. Mau ke mana arahnya, apa pula tujuannya. Bila tidak, maka akan "punah" di tengah jalan. Taman bacaan, tidak bisa didirikan hanya berdasar idealisme pendirinya. Apalagi hanya ingin ikut-ikutan bergerak di dunia literasi atau taman bacaan. Pasti akan sulit dalam perjalanannya.

Selain konsep yang jelas, taman bacaan pun sangat butuh kreativotas dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Karena membangun minat baca memang tidak bisa dilakukan sendirian. Anak-anak dan orang tua, aparatur di level kampung, dan korporasi atau komunitas pun harus terlibat aktif di taman bacaan. Apapun bentuk keterlibatannya, sekecil apapaun harus terlibat. Tanpa kreativitas, taman bacaan akan monoton dan membosankan. Tanpa kolaborasi, taman bacaan pun akan "kelelahan" di tengah jalan. Akhirnya, taman bacaan seakan "hidup segan mati tak mau". 

Berkiprah, memang hanya perbuatan kecil dan sederhana. Tapi harus dijalani sepenuh hati. Harus punya komitmen dan konsistensi di taman bacaan.  Asal dilakukan, taman bacaan pasti menemui jalannya sendiri. Jujur saja, taman bacaan sulit dibesarkan dari diskusi atau seminar. Apalagi hanya sekadar diomongkan tanpa mau dikerjakan. Karena taman bacaan bukan sekolahan. Tidak ada absen, tidak ada kenaikan kelas, tidak ada uang pula. Jadi, semuanya dimulai dari hati bukan hanya logika. Hukum seleksi alam akan terkuak di taman bacaan. Seberapa banyak sih orang-orang yang mau berkiprah di taman bacaan tanpa pamrih, tidak ada uangnya, dan mau sediakan waktu untuk mengurusnya? Pasti, sedikit sekali orang yang mau berkiprah secara sosial.

Kenapa taman bacaan? Bagi saya sendiri, taman bacaan adalah ladang amal sekaligus untuk sarana kepedulian sosial. Tapi bila mau dirinci, di taman bacaan, ada perbuatan baik yang diajarkan ke banyak orang seperti:

1. Menekan angka putus sekolah anak sekaligus memberantas buta aksara

2. Mengajarkan akhlak dan moral baik anak kepada orang tuanya

3. Melatih kebiasaan baik seperti membaca buku, antre, hidup tertib, dan mau maju di masa depan

4. Menjadi sentra aktivitas positif anak di tengah gempuran era digital

5. Dan tempat berkumpulnya orang-orang baik yang punya hati untuk berbuat baik kepada sesama

Suatu kali, Aisyah RA berkata, "Ada satu sunah yang belum engkau kerjakan, yakni setiap pagi Nabi Muhammad SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawa makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana." Ada 2 pelajaran dari kebaikan Nabi tersebut, 1) berbuat baik tanpa pandang bulu, baik kepada sesama muslim, sesama manusia, maupun sesama makhluk Allah SWT dan 2) selalu berbuat baik kapan dan di mana saja kita berada.

Nah bila mau tahu, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor hadir hanya untuk mengimplementasikan apa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Untuk selalu berbuat baik kepada sesama, kapan saja dan di mana saja. Memang sebagian orang memandang, taman bacaan hanya soal kecil dan sederhana. Tapi besar dampaknya untuk membangun peradaban manusia dan pentingnya tradisi membaca di anak-anak. Maka mendirikan taman bacaan tidak bisa setengah hati. Bila sudah dimulai dan melangkah maju tidak bisa mundur lagi. Taman bacaan itu sudah jadi ladang amal banyak orang, begitulah nyatanya di TBM Lentera Pustaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun