Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hari Pahlawan di Mata Pegiat Literasi, Ada 7 Nilai Kepahlawanan Baru di Era Media Sosial

10 November 2022   06:59 Diperbarui: 11 November 2022   07:32 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pahlawan Indonesia| Dok freepik.com/YusufSangdes via Kompas.com

Tiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Pahlawan yang berjuang untuk bangsa yang lebih baik. Pahlawan yang berkorban untuk memperbaiki keadaan. 

Pahlawan berbuat bukan untuk dipuji. Tidak pula agar dikenal namanya atau agar status sosialnya dianggap tinggi. Pahlawan, selalu membela cita-cita kebaikan dan kebenaran di mana pun.

Tapi sayangnya, tidak banyak anak-anak Indonesia yang mau jadi pahlwan. Saat ditanya cita-citanya, mereka justru ingin jadi pilot, pengacara, dokter, atau insinyur. Banyak pula yang mau jadi politisi. 

Maka pahlwan hari ini, hanya cukup dikenang. Hanya cukup diperingati. Tanpa pernah tahu "apa yang diperjuangkan seorang pahlawan di masa lampau?"

Anehnya, tidak sedikit orang yang hari ini merasa jadi pahlawan. Menganggap dirinya sudah jadi pahlawan hanya sebatas pikiran dan omongan tanpa tindakan. 

Merasa diri paling benar lalu gampang menyalahkan orang lain, merendahkan pemimpinnya bahkan meremehkan bangsanya. Semua yang dilakukan orang lain pasti salah, apalagi orang yang dibencinya. Lupa, pahlawan itu bukan merasa sok pahlawan. 

Pahlawan itu bukan orang yang merasa "sok pahlawan". Lalu, merasa jadi sok tahu, sok mengerti, dan sok pintar. Agar dibilang hebat, disebut pintar, dan ingin dibilang tahu segalanya. Padahal aslinya, mereka sama sekali tidak tahu apapun. Hanya sedikit tahu tapi banyak bicara. Pahlawan yang "sok pahlawan", nggak banget deh.

Sumber: Taman Bacaan Lentera Pustaka
Sumber: Taman Bacaan Lentera Pustaka

Pahlawan hari ini, memang tidak lagi berperang atau mengangkat senjata. Tapi pahlawan juga bukan orang yang teriak-teriak kebaikan tapi tidak melakukan apapun. 

Bukan pahlawan namanya, bila tidak pernah menyesali apa-apa yang sering dikatakan tapi tidak pernah dilakukan. Hari ini, pahlawan cukup bertekad menjadi orang lebih baik dari hari kemarin. Minimal, mempraktikkan 7 (tujuh) nilai-nilai kepahlawanan di masa kini, yaitu:

1. Tidak menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian sekecil apapun dan di mana pun.

2. Tidak merasa paling benar dalam segala urusan lalu gampang menyalahkan orang lain.

3. Tidak tertarik terhadap aib orang lain lalu gemar menggunjingkannya di belakang.

4. Tidak menggunakan akal sehat dan kecerdasan untuk membangun prasangka buruk.

5. Tidak peduli terhadap harga diri tapi peduli untuk menebar manfaat kepada orang lain.

6. Tidak menghabiskan semua waktunya hanya mencari dan mengumpulkan harta kekayaan karena merasa takut miskin.

7. Tidak menjadikan diri sebagai budak kepentingan, keinginan, egoisme, dan pujian orang lain.

Maka pahlawan hari ini, hanya sibuk menebar kebaikan kepada sesama. Seperti yang dilakukan pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. 

Pegiat literasi yang berjuang demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Bergerak sepenuh hati untuk mengelola taman bacaan untuk menyediakan tempat membaca anak-anak dan mendidik akhlak masyarakat. 

Taman bacaan yang jadi tempat memberantas buta huruf, tempat anak-anak difabel beraktualisasi diri, membebaskan kaum ibu dari belenggu rentenir, hingga tempat menabur senyum anak-anak yatim dan kaum jompo binaan. 

Pegiat litetasi di taman bacaan, hanya fokus "mengecilkan" keadaan dengan solusi, bukan "membesarkan" masalah tanpa solusi.

Jiwa pahlawan itu bertindak dan berbuat, menjadikan semua aktivitas sebagai ladang amal. Menjadi pahlawan karena panggilan, bukan karena keterpaksaan. Agar suatu hari nanti, pahlawan sebenarnya tetap tersenyum saat bersanding dengan orang-orang yang merasa "sok pahlawan". 

Selamat Hari Pahlawan dan salam literasi. 

#HariPahlawan #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun