Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Balik Layar Taman Bacaan, Ada Siapa Saja?

31 Oktober 2022   20:27 Diperbarui: 31 Oktober 2022   20:37 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Kebanyakan orang menganggap jadi terkenal itu penting. Mengejar prestise ataupun ketenaran. Tapi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM), menjadi terkenal itu tidak penting. Apalagi popularitas sangat jauh dari taman bacaan. Maka wajar, taman bacaan sering disebut sebagai "jalan sunyi" pengabdian. Karena sifatnya sosial dan tidak banyak orang yang gandrung untuk meningkatkan kegemaran membaca di masyarakat.

Di balik layar TBM, di belakang taman bacaan. Sesungguhnya ada orang-orang yang selalu merapikan rak-rak buku, menata koleksi buku bahkan menghitung jumlahnya. Membersihkan debu yang menempel di buku. Bahkan di taman bacaan, harus ada "jam baca", ada aktivitas literasi. Dan itu semua dirancang oleh orang-orang di balik layar TBM. 

Orang-orang yang tetap berkarya tanpa perlu dilihat orang lain. Tidak perlu menjadi terkenal asal taman bacaan tetap berjalan dan bermanfaat untuk anak-anak yang membaca. Karena taman bacaan adalah ladang amal dan pengabdian. Taman bacaan harus diurus agar bermanfaat. Tanpa perlu dikenal luas apalgi jadi popular.

Di balik layar TBM. Itulah cara kerja para wali baca dan relawan yang ada di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Untuk memastikan beroperasi 6 hari dalam seminggu. 

Melayani aktivitas kelas praseskolah, taman bacaan, gerakan berantas buta aksara, anak difabel, koperasi simpan pinjam, rajin menabung, hingga motor baca keliling. Semuanya dilakukan apa adanya hingga usia taman bacaan di tahun kelima sekarang ini. Wali baca dan relawan di TBM Lentera Pustaka, merekalah orang-orang di baik layar taman bacaan. 

Sementara di luar sana, banyak orang berjuang untuk menjadi pusat perhatian publik. Di media sosial, ingin popular seperti selebriti. Bertekad untuk dikagumi dan diacungi jempol banyak orang. Tapi di taman bacaan, orang-orang di balik layar kerjanya tidak terlihat. Tapi memastikan aktivitas di taman bacaan tetap berjalan. Di balik layar, bekerja ikhlas dan apa adanya saja. Itu sudah cukup di taman bacaan.

Di balik layar TBM, selalu ada orang-orang yang hanya tahu mengabdi tanpa mau dipuji. Karena taman bacaan dijadikan ladang amal, media untuk menebar manfaat kepada orang lain. Di balik layar TBM, orang-orang yang mengabdi di taman bacaan atas dasar:

1. Berniat tulus ikhlas untuk menebera kebaikan

2. Tidak haus akan pujian orang lain apalagi acunagn jempol

3. Prioritasnya perbuatan baik bukan popularitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun