Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Awan di Rooftop Baca TBM Lentera Pustaka

27 September 2022   06:49 Diperbarui: 27 September 2022   06:59 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Ada awan di Rooftop Baca TBM Lentera Pustaka. Kadang menutupi kadang membuka. Terhampar di pelupuk mata manusia. Tapi ternyata, awan tidak pernah jatuh ke bumi. Sebab, langit tak mau ditinggal sendiri.

Seperti awan, manusia pun ibarat awan-awan yang saling mengejar dan menarik diri saling menghilang lalu lenyap. Untuk mengingatkan. Tentang apa yang terjadi, dan tentang apa yang datang dan pergi.

Awan bukan sekadar menyajikan keindahan. Seperti awan-awan di "negeri di atas awan" di Lolai Tana Toraja, Gn. Luhur Cibeber Lebak atau di B29 Lumajang. Tapi lebih dari itu, awan sebagai tanda kebesaran Allah SWT. Karena tidak ada yang indah, bila bukan Allah yang menciptakannya. Lalu kenapa, manusia masih lalai apalagi ingkar?

Awan selalu mengajarkan manusia. Bahwa di bumi ini, penuh misteri. Selalu ada awal, dan ada akhir. Dari ada menjadi tidak ada. Semua berproses menurut aturan-Nya.

Awan yang membentuk dirinya sendiri. Hingga hancur menjadi rintik-rintik hujan. Atau luluh lantak diterjang teriknya sinar matahari. Persis seperti manusia; semuanya berawal dari proses. 

Dari tidak bisa apa-apa, belajar, dan menjadi apa-apa. Tapi akhirnya, tetap akan hancur dan hilang pada waktunya.

Persis seperti awan. Manusia pun begitu. Dia boleh mau jadi apa saja. Hingga besar dan berisi. Tapi bila waktunya tiba, semua lenyap dan hilang ditelan bumi. Lalu, nikmat Allah SWT yang nama lagi yang kita dustakan? Belajarlah dari awan.

Maka di mana pun, awan akan terus berarak. Meskipun ia belum selesai menangis. Toh sejatinya, di balik awan yang menggelapkan selalu ada matahari yang menerangkan. Awan di rooftop baca, pun Selalu ingin hidup. 

Bebas dan tenang. Salam literasi #RooftopBaca #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun