2. Kemiskinan yang meluas. Rendahnya literasi berdampak melemahnya akses ekonomi akibat minimnya kompetensi sumber daya manusia. Sehingga tercipta kemiskinan-kemiskinan model baru.Â
3. Produktivitas manusia yang rendah. Rendahnya literasi jadi sebab orang fokus pada masalah bukan solusi. Akibat informasi dan pengetahuan yang diserap rendah lalu gagal mengoptimalkan potensi diri dan masyarakatnya.
4. Angka putus sekolah tinggi. Rendahnya literasi pun jadi sebab angka putus sekolah, apalagi di masa pandemic Covid-19. Kesadaran akan pentingnya pendidikan pun merosot.
5. Pengangguran meluas. Rendahnya literasi pula yang jadi sebab meluasanya pengangguran dar waktu ke waktu.
6. Kriminalitas yang meningkat. Rendahnya literasi harus diakui jadi sebab tindakan kriminalitas, perbuatan mencederai atau melukai orang lain.
7. Sikap bijak dalam bermedia sosial yang rendah. Rendahnya literasi membuat orang tidak bijak bermedia sosial, kompetensi komunikasi rendah, dan gagal menyeleksi informasi. Maraknya hoaks dan ujaran kebencian jadi bukti tingkat literasi yang rendah.
Maka bila ditarik benang merahnya, rendahnya tingkat literasi masyarakat bermuara pada tujuh masalah fundamental yang dihadapi bangsa Indonesia hari ini. Maka, mau tidak mau, semua pihak harus peduli terhadap gerakan literasi di Indonesia.
Karena itu, saya selaku Pendiiri TBM Lentera Pustaka Bogor terus-menerus menggaungkan pentingnya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Sejak berdiri tahun 2017 lalu, TBM Lentera Pustaka kini memiliki 11 program literasi, antara lain:Â
1) TABA (Taman BAcaan) dengan 160 anak pembaca aktif dari 3 desa (Sukaluyu, tamansariu, Sukajaya),
2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) pada 2018 yang diikuti 9 warga belajar buta huruf,Â