Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tiap Tahun Peringati Hari Aksara Internasional tapi Percaya Hoaks, Kok Bisa?

8 September 2021   06:03 Diperbarui: 8 September 2021   06:09 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Tanggal 8 September diperingati sebagai Hari Aksara Internasional. Tapi kali ini, hari aksara dihantui banjirnya hoaks alias berita bohong. Kominfo (7/09/2021) menyebut konten hoaks seputar vaksin Covid-19 di media sosial saja mencapai 2.084 hoaks. Seperti hoaks yang menyebut "Covid-19 bisa menular lewat ASI dan menyusui".  Belum lagi hoaks tentang ambil bansos tunai di kantor pos harus bawa bukti sudah divaksin, vaksin Covid-19 berbahaya bagi ibu menyusui, dan rincian biaya tilang terbaru di Indonesia.

Hari aksara di negeri ini benar-benar ditantang secara terbuka oleh hoaks. Maka hari aksara, tidak lagi urusan buta huruf atau kegemaran membaca. Hari asksara bukan hanya urusan baca-tulis. Tapi lebih dari itu, hari aksara harus mampu membendung bertebarannya hoaks dan konten-konten negatif di media sosial. Karena maraknya hoaks jadi bukti adanya krisis literasi di Indonesia.

Sejatinya, hari aksara internasional tidak dapat dipisahkan dari gerakan literasi. Di tengah gempuran media sosial dan digitalisasi, hari aksara harus mampu memformulasikan ikhtiar membangun masyarakat yang literat. Masayarakat yang tidak terjebak dengan berita-berita bohong alias hoaks. 

Masyarakat yang tidak mudah percaya pada berita yang tidak jelas sumbernya. Bahkan pesannya bersifat merusak persatuan. Hari aksara dan gerakan literasi harus mampu mengajarkan masyarakat untuk memilah dan memilih informasi. Agar terhindar dari hoaks, terhindar dari fitnah dan konten negatif yang tidak produktif. 

Bagaimana bisa hari aksara dan gerakan literasi mencegah hoaks?

Sederhana saja. Skenario-nya adalah hari aksara dan gerakan literasi diharapkan mampu menjadikan masyarakat lebih memahami realitas. Realitas perbedaan, realitas bangsa di masa pandemic Covid-19. Salah satunya dengan membaca berita yang kredibel. Dengan begitu, pengetahuan dan wawasan jadi meningkat. Sehingga kesadaran terhadap realiatas dan keterampilan komunikasi pun jadi lebih baik. Ujungnya, mampu memilah dan memilih informasi. Di samping tidak gampang menyebar hoaks. Itulah masyarakat yang literat.

Maka di momen Hari Aksara Internasional, persoalan gerakan literasi tidak dapat dipandang sepele. Harus ada aksi nyata untuk membangun gerakan literasi di masyarakat. Baik melalui taman bacaan atau komunitas literasi di berbagai daerah. Karena itu, gerakan literasi di Indonesia sudah semestinya fokus untuk meningkatkan kecakapan personal dan sosial setiap anggota masyarakat khususnya berbasisi 4C, yaitu:

1. Critical thinking atau selalu berani berpikir kritis

2. Creativity atau memberi ruang kreativitas

3. Collaboration atau bersedia kolaborasi dalam segala bidang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun