Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Lupa, Kartini Itu Sosok Perempuan yang Membaca dan Menulis

22 April 2021   00:00 Diperbarui: 22 April 2021   00:04 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungguh, emansipasi wanita di zaman now sama sekali bukan isu lagi. Karena hari ini, begitu banyak wanita yang bekerja keras. Berkarier untuk menghidupi keluarganya. Bahkan tidak sedikit wanita berstatus single parent merangkap predikat ibu sekaligus ayah. Atas sebab apa pun. 

Di bumi ini, wanita sudah pasti punya hak bekerja, hak pendidikan, bahkan hak dipilih dalam politik. Tapi itu semua bukan alasan wanita-wanita harus menjelma jadi laki-laki. Agar disebut berhasil dalam emansipasi. Atau agar ingin dihargai dan diterima kaum laki-laki. Kartini bukan soal wanita tidak boleh lebih rendah dari laki-laki. Tapi ada nilai-nilai yang powerfull dari seorang Kartini.

Sumber: Pribadi
Sumber: Pribadi

Hari ini. Menjadi wanita yang sukses, wanita yang pintar, dan wanita yang kaya tidaklah susah. Tapi menjadi wanita yang solehah, wanita yang bersyukur, wanita yang sabar itu sama sekali tidak mudah. Maka wanita harus bersikap sesuai kodratnya. Apapun pangkat dan jabatannya. Karena kaum Kartini sadar bahwa "ada di dunia" untuk "tetap ada di akhirat".

Bila ada hari ini, banyak wanita gampang lupa kewajibannya. Wanita yang hebat dalam pendidikan dan karier. Akibat mengejar urusan dunia. Tapi di saat yang sama, mereka gagal dalam mengemban amanah. Entah sebagai ibu atau istri di rumahnya. Karena Kartini hanya dianggap ambisi, bukan sikap.

Kartini ya kartini. Wanita ya wanita. 

Maka Kartini bukan simbol pemberontakan wanita terhadap kodrat kewanitaannya. Kartini tidak pernah berjuang untuk setara dengan laki-laki lalu melupakan kodratnya. Ketahuilah, Kartini adalah sosok literat. Maka Kartini berhak berjuang untuk mencapai apa yang dicita-citakannya. Tapi Kartini pun tidak pernah merasa sudah berjuang mati-matian untuk anak-anaknya. Lalu boleh "melukai hati" anak dengan kata-katanya, dengan caci-makinya. 

Ada pelajaran dari Kartini. Bahwa jadi sosok literat itu penting. Bukan hanya membaca dan menulis. Tapi mampu memahami realitas kehidupan dengan baik. Maka pesan penting Hari Kartini adalah "membangun sikap bukan mengokohkan ambisi". Salam literasi. 

#SelamatHariKartini #BudayaLiterasi #TBMLenteraPustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun