Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kenapa Modernisasi Taman Bacaan?

20 Februari 2021   06:22 Diperbarui: 20 Februari 2021   06:39 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Sulit untuk dibantah. Semua orang pasti ingin memiliki hidup yang lebih baik dari sebelumnya. Maka mau tidak mau, harus ada perubahan. Berubah pikirannya, berubah sikapnya, dan berubah pula perilakunya. Nah, salah satu caranya adalah "konsisten dalam memperbaiki diri".

Sudah pasti pula. Tidak ada orang yang bisa memperbaiki diri tanpa belajar. Karena belajar, sejatinya menjadi bagian penting dan proses untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Jalan indah untuk mengubah diri menjadi lebih baik dari sebelumnya. Setuju kan?

Jadi, ikhtiar memperbaiki diri dan belajar sangat butuh kemauan. Mau memperbaiki diri, mau belajar. Maka akan berubah, dari sebelumnya yang kurang baik menjadi lebih baik.

Spirit itulah yang harus diterapkan di taman bacaan. Di mana pun dan hingga kapan pun.

Hanya di taman bacaan. Anak-anak yang selama ini tidak punya akses buku bacaan jadi bisa membaca buku. Maaf, ibu-ibu yang "tersingkir" akibat buta aksara jadi bisa baca dan tulis. Bahkan anak-anak prasekolah yang tidak kenal huruf, belum bisa berhitung bisa belajar di taman bacaan. 

Seperti di TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor. Kini ada 145 anak usia sekolah yang mampu membaca 5-10 buku per minggu. Ada 10 ibu-ibu kaum buta aksara yang rutin belajar baca-tulis 2 kali seminggu. Ada pula 19 anak-anak usia prasekolah yang belajar sambil bermain mengenal huruf dan berhitung seminggu 3 kali. Itu semua terjadi karena ada "kemauan untuk belajar dan memperbaiki".

Orang-orang pintar percaya. Modernisasi, globalisasi, dan digitalisasi adalah cara penting untuk maju. Cara efektif untuk melakukan perubahan sosial. Teknologi, manufaktir, pengetahuan,dan hampir semua lini kehidupan manusia sudah modern. 

Tapi sayang, taman bacaan relatif belum terkena dampak modernisasi. Taman bacaan, masih banyak yang menganggap "hanya tempat baca". Karena itu, taman bacaan pun harus di-modernisasi. Karena taman bacaan adalah sentar peribahan sosial. Maka modernisasi taman bacaan sesuatu yang mutlak dan harus direncanakan. Agar kemauan memperbaiki diri dan belajar jadi lebih baik.

Taman bacaan butuh modernisasi. Karena di taman bacana siapa pun bisa saling mengingatkan bukan menyalahkan. Di taman bacaan pula, siapa pun bisa saling introspeksi bukan saling mengoreksi. 

Siapa pun. Bila mau memperbaiki diri dan belajar, insya Allah akan indah pada waktunya. Karena setiap hembusan napas irang yang belajar dan mau memperbaiki diri adalah kebaikan dan keberkahan, Selagi mau belajar, tidak usah khawatir tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Selagi mau memperbaiki diri, tidak usah takut akan jadi seperi apa? Asal semua dilakukan sesuai dengan koridor-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun