Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Tentang Kata "Mudik" dan "Pulang Kampung" yang Diributkan

24 April 2020   22:59 Diperbarui: 25 April 2020   11:19 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pribadi
Sumber: Pribadi

Jadi, apa yang saya mau katakan?

Sungguh, tidak perlu meributkan kata "mudik" dan "pulang kampung".  Silakan pilih berdasatkan etimologis-semantik atau pragmatik. Karena pilihan itu bersifat manasuka. Toh, kemarin-kemarin ketika tidak ada wabah virus corona Covid-19 sama sekali pemakaian kedua kata itu tidak dipermasalahkan. Atau besok-besok, saat wabah Covid-19 sudah berakhir pun tidak akan jadi masalah lagi. 

Ketahuilah, sifat dinamis bahasa terkadang menjadikan "bias" makna. Karena ada motif di dalamnya. Bagi pemerintah, kata "mudik" dan "pulang kampung" dibedakan karena niatnya untuk mengidentifikasi orang-orang yang mudik atau pulang kampung agar virus corona tidak merebak lebih jauh maka perlu didefinisikan. Di sisi lain, orang yang terbiasa mudik di saat lebaran karena dilarang pemerintah mungkin saja berdalih bukan mudik tapi pulang kampung, karena memang ingin pulang ke kampung halaman. Dan akhirnya, kita ribut dan terjebak pada istilah yang tidak subtansi. Tapi lebih ke retorika.

Intinya, apapun namanya. Mudik atau pulang kampung di saat merebaknya wabah virus corona Covid-19 ini sebaiknya ditunda, bukan dilarang. Agar penyebaran virus corona yang mengancam jiwa orang-orang di kampung halaman bisa dihindari. Agar pencegahan virus corona bisa lebih efektif dan dapat segera berakhir di bumi Indonesia. Kita ini sedang dalam situasi darurat. Jangankan membedakan kata atau istilah, sholat tarawih atau sholat Jumat saja cukup #DiRumahAja. Jadi, kita sama sekali tidak butuh definisi mudik dan pulang kampung. Tapi perlu ikhtiar dan cara untuk mencegah penyebaran virus corona.

Sebagai orang bahasa, saya masih percaya. Bahwa siapapun yang menggunakan bahasa Indonesia pada hakikatnya didasari atas niat baik dan tujuan baik. Bukan sebaliknya, untuk saling menyalahkan. Apalagi memelintir bahasa untuk hoaks, ujaran kebencian atau fitnah, itulah yang harus dihindari dalam berbahasa.

Jangan sampai besok-besok kita berdebat soal kata "cinta". Karena kata "cinta" di KBBI bisa berbeda dengan kata "cinta" yang dinyatakan pada kawan, pada pasangan, pada makanan, pada bangsa atau hanya sebagai ekspresi perasaan.  

Apakah "single" dan "jomblo" sama? Belum tentu. Konon, single itu prinsip, sedangkan jomblo itu nasib. Single itu katanya pilihan untuk sendiri, sedangkan jomblo itu katanya cobaan hidup sendiri. Bahkan bisa jadi, single sama sekali tidak mencari pasangan. Tapi jomblo sangat gencar mencari pasangan. Untuk apa meributkan hal seperti itu? Sama sekali tidak substansi. Biarkan si single atau jomblo yang paham.

Kadang, bahasa itu memang punya makna sama. Tapi substansi dan alasannya berbeda. Maka berbahasa pun butuh sikap. Bijaklah dalam berbahasa dan perkuatlah terus literasi berbahasa kita. Semoga bermanfaat dan ini adalah pendapat pribadi saya... #LiterasiBahasa #BudayaLiterasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun