Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Perempuan Kecil di Atas Gerbong Kereta

9 Agustus 2019   23:16 Diperbarui: 10 Agustus 2019   07:58 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini, lokomotif yang ditumpangi si perempuan kecil terus melaju. Tanpa terasa, dua stasiun telah terlewati. Aku pun tetap asyik menyeruput kopi hitam yang mulai dingin. Namun tetap membubuhkan cita rasa dan aroma yang tak terkatakan. Karena obrolan dengan si perempuan kecil di atas kereta begitu berarti. Sebuah suguhan spesial yang pantas aku kenang hingga ia beranjak dewasa 5 atau 10 tahun lagi.

Binar mata si perempuan kecil saat menatapku. Sungguh makin luluh hatiku. Mungkin benar kata pepatah. "Anak perempuan adalah cinta sejati seorang ayah di kehidupan lampau". Ia bukan hanya amanah. Tapi ia juga "cita rasa" yang punya aroma mewangi di segala ruang, di segala waktu. Seperti kopi hitam, si perempuan kecil pun selalu menghadirkan energi yang menembus dari lidah hingga ke hati.

Suara gesekan besi rel kereta pun belum mereda. Si perempuan kecil juga belum terkantuk. Diiringi sedikit desiran angin yang terhembus di sela jendela. Si perempuan kecil tetap bergairah untuk terus ngobrol di gerbong kereta.

Maka di dalam hati, aku ingin sekali berbisik di telinga si perempuan kecil. Sambil berdoa dan berdialog lmbut kepada Allah, "tolong, jadikan ia perempuan bersahaja yang mampu meraih singgasana surga".

Si perempuan kecil pun berdiri. Mengajak kembali ke bangku kereta di gerbong 2. Sambil menuntun tangan kiriku untuk menelusuri lorong-lorong gerbong kereta. Perempuan kecil di atas gerbong kereta, selalu membuatku sulit berkata-kata. Bahkan. Tiap kali ia bicara, aku makin tidak pernah bisa membantahnya.

Dari atas gerbong kereta pula. Aku menengadahkan tangan. "Ya Allah, izinkan aku mengecup kening si perempuan kecil. Sambil melantunkan doa. Agar Engkau beri waktu aku untuk terus menemaninya. Hingga ia mengkahiri perjalanan menjadi dirinya sendiri" pintaku dalam hati.

Kali ini, biarkanlah malam melampaui mimpi. Biarkanlah pagi melewati pelangi. Bila itu semua, menjadikan cinta bahagia makin bersemi antara aku dan perempuan kecilku. Teruslah melangkah Nak. Tetaplah bersahaja, jadilah dirimu sendiri, bukan menjadi diri orang lain...

Karena Tuhan pasti menciptakan senyum tawa perempuan. Agar tiap laki-laki rela melupakan tangisnya sendiri... @cerpen nasehat untuk si perempuan kecil, kusebut ia "sang inspirator" karena tiap detak nafasnya mengalir dalam tulisan-tulisanku ... @Kereta Api Jayabaya, Jakarta-Malang, 9 Agustus 2019 #SangInspirator

dokpri
dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun