Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kompetensi Menulis Kreatif, Cara Beda Menulis untuk Sastra

21 Maret 2018   23:20 Diperbarui: 21 Maret 2018   23:21 1685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kreativitas itu penting. Karena kreativitas adalah mentalitas orang zaman now yang harus dimiliki setiap orang. Tidak terkecuali mahasiswa. Dan setiap orang, pasti memiliki potensi kreatif. Potensi kreatif bukan soal seberapa kecil atau seberapa besar. Tapi persoalannya, zaman now tidak banyak orang yang bisa menemukan atau mengenali daya kreatif yang dimilikinya. Maka wajar, karya kreatif yang beda menjadi sulit terealisasi dalam diri tiap individu. Mentalitas kreatif mutlak diperlukan zaman now.

Salah satu potensi kreatif yang sangat penting dipupuk zaman now adalah kreativitas dalam menulis. Secara proses disebut "menulis kreatif", bukan "penulisan kreatif". Silakan dicerna sendiri saja, mengapa menulis kreatif bukan penulisan kreatif?


Sebelum lebih jauh tentang menulis kreatif.

Apa sih sebenarnya kreatif itu? Sederhananya, kreatif itu adalah BEDA. Beda dari orang kebanyakan, beda dari kelaziman. Tentu, ada banyak penyebab "beda" atau "perbedaan". Beda, bisa disebabkan karena 1) perilaku-nya yang tidak sama, atau karena 2) pikiran-nya yang tidak lazim, atau mungkin kerana 3) jiwa atau batin-nya unik, dan bisa jadi karena  4) karya-nya yang luar biasa; tidak seperti kebanyakan orang.

Karena itu, menulis kreatif harus dilihat sebagai kompetensi. Bukan pelajaran atau teori semata. Berapa banyak orang pandai secara teori tapi gagal secara praktik. Berapa banyak orang pandai bicara tapi tidak mampu menulis.  Itu artinya, mereka hanya "pandai" tapi "tidak kompeten".

Menulis kreatif adalah kompetensi. Tak cukup hanya bakat, tak juga terbatas pada minat. Apalagi hanya bermodalkan kebiasaan. Menulis kreatiif harus memadukan 6 aspek penting; mulai dari aspek pengetahuan, sikap, proses, keterampilan, hasil, dan profesi. Menulis kreatif sebagai kompetensi ada dan bisa terjadi pada setiap orang. Kompetensi menulis kreatif pasti ada pada diri setiap orang. Potensi pasti melekat, tapi mungkin belum digali.

Kompetensi menulis kreatif hanya butuh sikap mental dan cara berpikir yang direfleksikan melalui kebiasaan dan tindakan. Karena untuk menjadi kompeten, kita harus mampu melaksanakan apa yang ingin dilakukan; mampu bertindak seperti yang diomongkan.

Buku "Kompetensi Menulis Kreatif" karya Syarifudin Yunus, diterbitkkan oleh Penerbit Ghalia Indonesia pada April 2015. Buku karya ke-11 sang penulis ini mengajarkan untuk mampu menulis dengan cara yang beda. Tentu menulis untuk keperluan sastra. Karena menulis kreatif adalah menulis untuk sastra., bukan menulis ilmiah. Buku "Kompetensi Menulis Kreatif" memberikan masukan dan tuntunan tentang menulis dengan cara yang beda, menulis yang tidak biasa. Menulis kreatif tidak dapat diajarkan, tetapi dapat dipelajari. Menulis kreatif yang paling baik adalah menuliskan setiap ide dan gagasan yang bergumul dalam pikiran kita.

Buku ini pantas dan cocok untuk para pembelajar Menulis Kreatif atau siapapun yang ingin bisa menulis untuk sastra. Pas untuk buku pegangan pembelajaran menulis kreatif. Menulis karya sastra yang berorientasi praktik, bukan teori semata. Menulis sesuatu dengan cara yang beda, baik untuk puisi, cerpen, novel maupun drama.

Belajar menulis kreatif akhirnya harus mampu mencipta karya sastra. Itulah kompetensi menulis kreatif, spirit yang melandasi proses belajar menulis kreatif. Tidak ada karya kreatif yang lahir tanpa perilaku menulis yang berdasar komitmen dan konsistensi. Kompetensi menulis kreatif hanya akan ada bila kita mau menulis, menulis, dan menuliskannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun