Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paradoks "Zaman Now": Mencari yang Buruk dari yang Baik

18 Februari 2018   10:19 Diperbarui: 18 Februari 2018   10:27 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lurus itu bukan manusianya. Tapi Allah anugerahkan akhlak yang baik kepadanya. Lurus itu bukan manusianya. Tapi Allah anugerahkan iman yang benar kepadanya. Lurus itu bukan manusianya. Tapi Allah augerahkan ilmu yang bermanfaat kepadanya.

Manusia itu gak mungkin maha benar, maha suci atau maha hebat. Gak mungkin.

Karena manusia hanya bisa ikhtiar untuk benar, ikhtiar untuk suci, dan ikhtiar untuk hebat. Semua tergantung ikhtiar-nya. Bahkan untuk menuju Allah pun, manusia hanya bisa ikhtiar sekencang-kencang yang ia bisa. Tidak lebih tidak kurang. Karena manusia adalah paradoks.

Paradoks.

Gak perlu mengejek dan mencaci, jika gak mampu memuji. Gak perlu merendahkan bila gak mampu meninggikan. Gak perlu bicara banyak bila gak mampu melakukan. Dan gak perlu mencari-cari yang jelek-jelek dari apa-apa yang baik.

Hidup ini paradoks.

Penuh pro kontra. Penuh kejujuran dan kebohongan. Dipenuhi yang asli dan  yang palsu. Dan kadang, gak banyak orang yang mau hidup di dunia paradoks. Gak mau terhimpit paradoks kehidupan.

Ketahuilah sobats.

Gunung punya ketinggiannya sendiri. Tapi air pun punya kedalamannya sendiri. Jadi, gak perlu dipertentangkan, gak perlu dibanding-bandingkan.

Paradoks zaman now, terlalu mudah mencari yang buruk dari yang baik; mencari yang salah dari yang benar.

Karena paradoks itu bukan cacat, bukan pula dilema.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun