Mohon tunggu...
Syarief Budi Aji[SBA]
Syarief Budi Aji[SBA] Mohon Tunggu... lainnya -

Rakyad sejati yang golput dan ingin mewujudkan tatanan Negara adil dan makmur berdasarkan firman Tuhan. Tidak punya aji mumpung dan ikut-ikutan. Dan berkeyakinan; Bahwa manusia pilihan Tuhan berbeda dengan manusia pilihan rakyat yang cuma ikut-ikutan memilih. \r\nSumber mulya,Talisayan, Berau, KALTIM.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rumus Memilih Pemimpin, Tidak seperti Rumus Matematika

17 Mei 2012   03:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:11 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rumus memilih pemimpin menurut pendapat saya, tidak seperti rumus matematika.  Tapi bagi orang-orang yanng cerdas, mungkin bisa mengtakan ada kemiripan. Atau bahkan sama. Ini bisa di lihat di berbagai mas media, tv, koran bahkan di media online seperti kompasiana ini,  yang sebagian besar para pengamat politik, DPR, Maha siswa, atau para pengurus LSM. Para Beliau sebagian besar berpendapat, bahwa calon Pemimpin, sebaik nya adalah Para Beliau yang sudah berpengalaman, punya otoritas,sudah senior, sudah kelihatan sepak terjang nya di atas perpolitikan bangsa. Atau bahkan sudah kelihatan gigi palsunya[ karena sudah tua].dan di dukung oleh partai-partai politik, baik PARPOL besar atau gabungan Parpol kecil. DLL nya.

Ibarat pemain sepak bola sudah menguasai lapangan. Baik lapangan becek atau lapangan kering, no problem. Mungkin mereka berpendapat semakin senior, semakin punya otoritas, semakin tua, seorang pemimpin pasti semakin bijak dan semakin berpengalaman memimpin bangsa. Otomatis bangsa ini semakin baik. Ibarat 2+2=4.  Maka dari itu para cerdas bangsa ini masih menggadang-gadang nama besar seperti:  Megawati, Dahlan iskan, Mahmud MD,  Sultan hamangkubuwono, Abu bakri, Surya paloh, Ani SBY, Anas urba, Prabowo, Wiranto, Sri mulyani dan ketua-ketua partai lain nya. Karena para cerdas berpendapat, hanya para Beliau inilah yang sudah jelas otoritas dan daya kemampuan nya. Kalau bukan orang-orang yang seperti itu, yang jelas sudah punya nama besar dan besar-besar lain nya yang memimpin bangsa dan negara, lalu siapa lagi yang bisa di percaya. . . .? Mungkin kah anak-anak gembala kambing bisa di percaya memimpin Negara. . ?.

Masuk akal memang, namannya juga logika.

Tetapi bagi orang awam dan kurang cerdas seperti saya ini, rumus seperti itu seperti nya tidak begitu penting. Karena semua buka suatu kepastian. Belum pasti orang-orang yang sudah tua dan punya nama besar lebih bijak dan adil dari yang muda dan belum punya nama. Belum pasti para ketua-ketua partai yang sudah terkenal, lebih bisa di percaya di banding petani yang jauh dari nama[ belum terkenal ].  Belum pasti orang yang sudah di gadang-gadang menjadi pemimpin Negara, lebih cerdas dari orang yang masih belum kelihatan di permukaan publik.

Ibarat     ayam jantan yang sudah jelas serak kokok nya, dan sudah malang melintang di arena aduan; pasti kah dia akan menang melawan ayam jantan yang masih dalam kurungan. . .?

Ibarat pemain sepak bola yang sudah terjun di lapangan dan banyak mengenal medan, pasti kah punya permainan yang lebih baik, di banding seorang muda yang masih dalam karantina. . .?

Menurut pendapat saya. . ., semua itu belum suatu kepastian. Karena seseorang bisa terkenal, punya nama besar, kelihatan daya terjang nya; karena ada waktu dan ada yang memberi kesempatan.

Seseorang bisa di lihat kemampuanya, karena di beri peran dan kepercayaan publik. jadi bukan 2+2=4 tapi bisa jadi 1+1=4.

Contoh nya: sapi betina satu di tambah sapi jantan satu, bisa saja suatu saat menjadi empat, lima, atau berapa saja. Itu semua bisa saja terjadi kalau Tuhan ikut berperan dan menentukan. Dan itu bukan hal mustahil, karena di beri peluang oleh orang yang punya sapi, dalam satu kandang, sama-sama punya birahi, dan yang tentu adalah campur tangan Tuhan tersebut.

Begitu pula kita sebagai bangsa yang besar. Kalau andaikan seorang saya. . ., umpamanya: di tambah seratus orang saja yang punya birahi demokrasi yang sama[ bukan politik ], di beri ruang oleh publik untuk bertarung dengan para politikus bangsa, baik dalam segi diplomasi, visi, misi, atau tujuan masa depan, mungkin bisa saja suatu saat nanti di ikuti oleh jutaan orang yang sepaham dan sehaluan. Itu tidak mustahil, kalau ada campur tangan Tuhan di dalam nya. Bukan campur tangan uang dan logika saja.

Jadi inti nya, menurut saya . . ., semua tergantung kita, mau menggadang pemimpin yang itu dan itu, atau mau mencoba yang belum kelihatan ita-itu nya, mau yang sudah kelihatan kebesaran nama nya, atau yang belum kelihatan kebesaran jiwa nya, itu terserah kita. Namun sebagai orang yang beriman, tentunya kita berharap; Semoga Tuhan bisa menentukan seorang Pemimpin yang adil bijaksana dan bisa menjadi panutan bagi kita semua, di saat yang akan datang.

Salam................Syarief Budi Aji.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun